TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sultan: Sifat-sifat Serakah "3G" Harus Dicuci Habis

Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. IDN Times/Paulus Risang

Yogyakarta, IDN Times - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar program Sultan Menyapa setiap Selasa pagi pukul 08.00 WIB, yang dimulai sejak pagi ini (14/4).

Program yang diinisiasi oleh Sultan ini bertujuan menyampaikan pesan dan nasihat  kepada masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang tengah melanda DIY dan seluruh Indonesia. Pesan dari Sultan diharapkan dapat memberi penguatan atas pesan-pesan sebelumnya dalam Sapa Aruh.

Baca Juga: Sultan HB X: Hentikan Prasangka Buruk Tenaga Medis Tularkan COVID-19 

1. Edisi 1 Sultan Menyapa, mengangkat filosofi Jawa, Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi

Sultan Menyapa. Instagram/HumasJogja

Sultan Menyapa hari ini, Selasa (14/4) mengangkat sebuah filosofi Jawa, Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi. 

Dalam seri pertama ini, Sultan mengajak masyarakat untuk berhenti bersikap egois dan mengamalkan ilmu yang dimiliki dalam masyarakat sebagai modal sosial rakyat Jogja dalam menghadapi pandemi.

2. Isi pesan Sultan HB X

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. IDN Times/Paulus Risang

Berikut isi pesan yang ditulis Sultan dalam program perdana Sultan Menyapa:

Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Ajaran Sultan Agung itu bermakna mengasah ketajaman akal-budi, membasuh malapetaka bumi. Relevansinya, kini kita harus meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, bersamaan dengan melestarikan lingkungan, juga sifat-sifat serakah “3G”, golek menange dewe, golek butuhe dewe, golek benere dewe, saatnya dicuci habis.

Kini, adalah saat yang tepat untuk mawas diri, apakah kita cuma mementingkan diri sendiri ataukah migunani tumraping liyan? Islam mengajarkan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi sesama. Maka, eratkanlah kembali budaya gotong royong, tidak hanya di desa-desa tapi juga di kota-kota, tidak hanya pada tradisi sambatan seperti di desa, tapi juga wujudkanlah dalam mengatasi masalah bersama bangsa ini.

3. Mengajak masyarakat untuk memanfaatkan ilmu dan lebih peka terhadap lingkungan

IDN Times/Paulus Risang

Dalam keterangan tertulis dari Humas Pemda DIY, tersirat nasihat bahwa ilmu yang dimiliki harus diamalkan. Setinggi apapun ilmu tidak akan bermanfaat jika tidak diamalkan. Ilmu juga perlu sentuhan rasa, agar dwitunggal ilmu dan ngelmu dapat terjalin ideal, bagi masyarakat maupun lingkungannya.

"Implementasi ngelmu akan menjadikan manusia eling lan waspodo, menjadi lebih peka terhadap lingkungannya, baik kepada sesama manusia atau alam sekitarnya. Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun," tutur Kepala Humas Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Selasa (14/4).

"Virus Corona ini sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan hati manusia sebagai makhluk sosial," imbuhnya.

Baca Juga: Jogja Tidak Lockdown, Sultan Minta Rakyat Sabar dan Pasrah

Berita Terkini Lainnya