TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BBM Naik, PHRI Bantul: Kunjungan Wisatawan Turun 50 Persen

Harga sewa kamar hotel hingga menu makanan tidak naik

Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra Dwi Utomo. (IDN Times/Daruwaskita)

Bantul, IDN Times - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bantul menyebut kunjungan wisatawan menurun 50 persen imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Padahal, pelaku wisata ini belum menaikkan harga sewa kamar hotel hingga menu makanan yang ditawarkan kepada wisatawan. 

1. BBM merupakan salah satu komponen pokok dalam dunia pariwisata‎

Objek wisata Hutan Pinus Mangunan.(IDN Times/Daruwaskita)

Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Bantul, Hendra Dwi Utomo, mengatakan kenaikan BBM diakuinya sangat dirasakan oleh pelaku usaha jasa pariwisata (UJP) di Bumi Projotamansari seperti hotel, restoran, hingga destinasi wisata sebab tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan bagi para tenaga kerjanya.

"Pasti ada dampaknya, BBM salah satu komponen utama dalam dunia pariwisata khususnya jasa transportasi yang harganya juga pasti naik. Ketika harga naik pasti wisatawan juga berpikir ulang untuk berkunjung ke suatu destinasi karena paket yang ditawarkan harganya pasti naik juga," ujarnya usai dilantik menjadi Ketua BPC PHRI Kabupaten Bantul periode 2023-2025 di Hotel Rose In, Kabupaten Bantul, Rabu (21/9/2022).

Baca Juga: Dampak Kenaikan Tarif BBM, PHRI DIY Minta Diskon Pajak 

2. Kunjungan wisata di Bantul mengalami penurunan

Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra.(IDN Times/Daruwaskita)

Hendra yang juga menjabat sebagai FnB Manager Little Tokyo (Litto) ini mencontohkan, sebelum adanya kenaikan harga BBM, dalam satu hari Litto biasa dikunjungi sekitar 600 orang. Namun, kini wisatawan yang berkunjung hanya setengahnya.

Padahal, Litto sendiri hingga kini belum menaikkan harga menu makanan yang ditawarkan. Harga tiket masuk ke Litto pun masih sama.

"Kalau kita naikkan harga menu makanan hingga tiket masuk tentu akan menjadi blunder sendiri. Langkah yang ditempuh adalah melakukan efisiensi misalnya penggunaan listrik, air bersih dan lain sebagainya. Agar tidak semakin memberatkan wisatawan," tuturnya.

Awal kenaikan harga BBM, lanjut Hendra, juga sempat menggoyang okupansi hotel-hotel yang ada di Yogyakarta. Namun untuk saat ini sudah perlahan mulai pulih meski untuk hari biasa okupansinya masih di bawah 50 persen. Harga sewa kamar hotel plus menu makanan dan jasa lainnya juga belum ada yang dinaikkan.

"Ya pariwisata ini akan baru saja akan pulih namun kembali dihantam dengan kenaikan BBM. Kami mohon pemerintah jangan membuat kebijakan yang kembali memukul sektor pariwisata," ucapnya.

Meskipun demikian, Hendra optimistis sektor pariwisata akan segera kembali bangkit setelah masyarakat berada dalam kondisi ekonomi yang stabil dan dapat mengalokasikan anggarannya untuk berwisata pascakenaikan harga BBM.

"PHRI terus berupaya mempromosikan destinasi wisata di Bantul bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan stake holder pelaku wisata lainnya di Bantul," ungkapnya.

3. Program PHRI Bantul ke depan

Muscab BPC PHRI Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Hendra mengatakan, ke depannya BPC PHRI Bantul akan lebih mengeratkan kerja sama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait di Pemkab Bantul, seperti Dinas Pariwisata, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Dinas Perizinan dan Penanaman Modal agar semakin bisa bersinergi dalam kegiatan PHRI ke depannya.

"Ada beberapa yang ingin kita kembangkan seperti Tanda Izin Usaha Pariwisata harus berubah menjadi Nomor Induk Berusaha (NIB), kita ingin menjembatani anggota PHRI ini agar bisa migrasi ke NIB agar bisa digunakan untuk usaha. NIB ini juga terkait dengan untuk mengurus surat laik sehat dari Dinas Kesehatan dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan Disnaker," ucapnya.

"Mengurus lewat OSS itu bagi sebagian anggota PHRI itu tidak mudah makanya kita bersinergi dengan Dinas Perizinan untuk menyegerakan anggota PHRI untuk meng-update NIB-nya. Termasuk menggandeng pelaku usaha jasa wisata untuk bergabung dengan BPC PHRI Bantul," tambahnya lagi.

Lebih jauh, Hendra mengatakan banyak keuntungan menjadi anggota BPC PHRI Bantul. Mulai dari pemberian pelatihan profesi hingga sertifikat usaha. Ketika ada bantuan dari pemerintah, data-data tersebut akan digunakan untuk pemerintah untuk menyalurkan bantuannya.

"Tantangan yang cukup berat saat ini yakni laik sehat sehingga seluruh anggota PHRI Bantul memiliki standarisasi higienitas makanan yang baik. Jangan sampai kalau ada anggota PHRI mengadakan acara kemudian terjadi keracunan dari makanan yang disantap. Ini jadi konsen saya selama memimpin BPC PHRI Bantul hingga 2028 yang akan datang," tandasnya.

Baca Juga: Tarif Retribusi Objek Wisata di Bantul Batal Naik Imbas BBM

Verified Writer

Hironymus Daruwaskita

Main sambil kerja

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya