Tarik Minat Gen Z, Kisah Diponegoro Ditampilkan lewat Opera
Banyak keteladanan yang bisa diambil
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi) menggelar Opera Jawa Diponegoro, Perang Jawa 1825-1830, di Amphitheather Purawisata, Minggu (12/11/2023) malam. Gelaran ini sebagai upaya mengingatkan pada generasi muda salah satu tokoh penting dalam catatan sejarah.
Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Diponegoro dikenal sebagai salah satu panglima hebat dalam sejarah Indonesia. BPH Diponegoro tumbuh sebagai bangsawan Kraton yang memilih hidup di luar tembok istana. BPH Diponegoro bergaul dengan masyarakat biasa, sehingga ia dapat melihat dan merasakan langsung akan penderitaan rakyat yang tertindas oleh kebijakan penguasa Belanda.
1. Cerita perjuangan Diponegoro
Perjuangan Diponegoro didukung para santri, bangsawan dan masyarakat, terutama wong cilik baik di perkotaan, pedesaan, maupun pegunungan. Tokoh ulama dan para bangsawan ikut cancut taliwanda dengan menyumbangkan harta benda dan pikirannya. Para kawula alit mau gugur gunung, bergotong royong, saiyeg saeka praya labuh nagara.
Dikenal dengan Perang Jawa yang menyebabkan korban dari kedua belah pihak yang sangat besar dan akhirnya Belanda mengalami kebangkrutan. Perang Jawa berakhir setelah terjadinya penangkapan dan pengasingan BPH Diponegoro yang terjadi karena tipu daya Belanda. Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti. Meski api perang telah padam, api semangat perjuangan Diponegoro tetap selalu membara.
"Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat jika semangat Diponegoro masih menggelora pada seluruh anak negeri," kata Ketua Umum Patra Padi, R Rahadi Saptata Abra.
Baca Juga: Pencak Malioboro Festival, Lestarikan Silat sebagai Warisan Dunia