TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Status Gunung Merapi Tak Berubah, Ini Penjelasan BPPTKG  

BPPTKG tak mengubah radius rekomendasi bahaya

Petani membersihkan tanaman yang tertutupi abu vulkanik erupsi gunung Merapi di perladangan Desa Babadan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022) (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Yogyakarta, IDN Times - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) tidak mengubah status siaga Gunung Merapi, meski semalam hingga dini hari tadi mengeluarkan serangkaian serangkaian awan panas guguran dengan jarak luncur hingga 5 km.  

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida saat konferensi pers virtual, Kamis (10/3/2022) mengatakan aktivitas Gunung Merapi saat ini dinilai membahayakan penduduk. 

"Kondisi atau aktivitas Merapi saat ini masih belum membahayakan penduduk yang ada di luar area yang sudah kami tentukan potensi bahayanya," Hanik Humaida.

Radius potensi bahayanya, menurut Hanik, saat ini masih sesuai rekomendasi yang ditetapkan BPPTKG sebelumnya.

Di sektor Tenggara, potensi bahaya guguran lava dan awan panas meliputi Sungai Woro tetap 3 kilometer serta 5 kilometer untuk Sungai Gendol dan Gendol, serta 7 km di Sungai Bedog Krasak dan Bebeng. Sedangkan lontaran vulkanik jika terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau 3 kilometer dari puncak.

Baca Juga: Wisata Lereng Merapi dan Kawasan Penambangan Pasir Ditutup Sementara

Baca Juga: Peternak Lereng Merapi Dilarang Cari Rumput di Zona Bahaya  

1. Ini penyebab terjadinya rangkaian awan panas guguran

Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran, Kamis (6/5/2021). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Hanik memaparkan terjadinya serangkaian awan panas guguran disebabkan runtuhnya kubah lava bagian tengah kawah karena akumulasi tekanan magma yang terus menerus bertambah.

Kubah lava yang berada di tengah kawah puncak Merapi, selama ini terus mengalami pertumbuhan, namun karena posisinya tepat berada di tengah maka relatif stabil hingga magma yang terakumulasi mengalami pembekuan dan pembebanan di permukaan.

"Begitu ada tekanan yang menerus, ada akumulasi tekanan sehingga ada ketidakstabilan. Ketidakstabilan itu ada di sisi Tenggara, sehingga begitu ada bukaan maka terjadi awan panas yang menerus seperti ini," papar Hanik .

Selama ini awan panas maupun guguran lava Merapi lebih banyak meluncur melalui kubah lava Barat daya karena posisinya yang tidak stabil. "Aktivitas selama ini ada di (kubah lava) sisi Barat Daya begitu ada suplai magma kemudian langsung meluncur," ujarnya.

 

2. BPPTKG tak haruskan warga mengungsi

Warga yang mengungsi ke barak pengungsian Merapi di tahun 2021. IDN Times/Tunggul Damarjati

Menurut Hanik, rangkaian aktivitas Merapi tersebut belum mengharuskan warga setempat mengungsi. BPPTKG memperkirakan apabila terjadi luncuran material baik lava pijar maupun awan panas guguran, akan mengalir melalui alur-alur sungai berhulu Merapi.

"Masyarakat belum perlu mengungsi tetapi aktivitas ini terus kami pantau perkembangannya dan kalau ada yang signifikan akan kami evaluasi," ujar Hanik.

 

Berita Terkini Lainnya