TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pasca Kerusuhan Capitol, Twitter Tutup Permanen Akun Donald Trump 

Cuitan Trump dikhawatirkan menambah ketegangan

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara kepada wartawan di pesawat Air Force One saat ia kembali dari New Hampshire ke Washington, Amerika Serikat, Jumat (28/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Media sosial Twitter menutup akun Presiden AS Donald Trump secara permanen. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kekerasan berkelanjutan pasca peristiwa demo di Capitol, Rabu (6/1/2021). 

"Setelah meninjau secara cermat Tweet baru-baru ini dari akun @realDonaldTrump dan konteks di sekitarnya, kami telah secara permanen menangguhkan akun tersebut karena risiko hasutan lebih lanjut untuk melakukan kekerasan," ujar Twitter dalam cuitannya yang diunggah hari ini, Sabtu (9/1/2020).

 

 

1. Trump memiliki 88 juta pengikut

Logo Twitter (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Dilansir dari Antara, sebelumnya Twitter sempat memblokir sementara akun Trump @realdonaldtrump, yang memiliki lebih dari 88 juta pengikut, menyusul demo yang terjadi di Capitol oleh pengunjuk rasa pendukung Trump. 

Twitter mencatat, pada 8 Januari, Trump mengunggah cuitan "75.000.000 Patriot Amerika yang hebat yang memilih saya, AMERICA FIRST, dan MAKE AMERICA GREAT AGAIN, akan memiliki GIANT VOICE di masa depan. Mereka tidak akan dihormati atau diperlakukan tidak adil dengan cara, bentuk, atau bentuk apa pun!!!"

Tak lama kemudian, Trump mencuit, "Kepada semua yang bertanya, saya tidak akan menghadiri pelantikan pada 20 Januari."

Baca Juga: Kerusuhan di Gedung Capitol, 4 Pendukung Donald Trump Meninggal  

1. Cuitan Trump dikhawatirkan menambah ketegangan

Pendukung Trump bentrok dengan polisi Capitol saat reli menentang pengesahan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 oleh Kongres Amerika Serikat, di Gedung U.S. Capitol, Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) (ANTARA FOTO/REUTERS/Shannon Stapleton)

Adanya dua cuitan tersebut dan kerusuhan yang terjadi, Twitter mengambil langkah tegas dengan mempertimbangkan ketegangan yang sedang berlangsung di Amerika Serikat, dan peningkatan percakapan global terkait peristiwa penyerbuan Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Menurut Twitter, kedua cuitan itu harus dibaca dalam konteks peristiwa yang lebih luas di negara tersebut, mempertimbangkan bahwa pernyataan Presiden dapat dimobilisasi oleh audiens yang berbeda, termasuk untuk menghasut kekerasan.

Baca Juga: Ada-Ada Saja! Ini 9 Kelakuan Kocak Admin Akun Resmi di Twitter

Berita Terkini Lainnya