Senja Kala Perajin Gula Jawa di Triwidadi Pajangan Bantul

Jumlah terus berkurang, regenerasi pun jarang

Bantul, IDN Times - Kalurahan Triwidadi, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul, dikenal sebagai salah satu daerah pemasok utama kebutuhan gula jawa di Bantul maupun Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya. 

Namun, seiring perkembangan zaman, perajin gula jawa dari nira pohon kelapa ini semakin menyusut. Dari yang jumlahnya ribuan orang, kini tersisa ratusan perajin saja. Sebagian besar di antaranya pun sudah berusia lanjut.

1. Pohon kelapa sangat melimpah di Triwidadi

Senja Kala Perajin Gula Jawa di Triwidadi Pajangan BantulKepala Desa Trwidadi, Slamet Riyanto. (IDN Times/Daruwaskita)

Lurah Triwidadi, Slamet Riyanto, mengatakan pohon kelapa cukup melimpah di wilayahnya. Dengan disadap niranya, kelapa punya nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan menjual kelapa tua maupun kelapa muda (degan).

"Sumber daya ayam terutama pohon kelapa sangat melimpah sehingga orang tua dahulu banyak yang membuat gula jawa dari nira pohon kelapa," ujarnya, Selasa (25/7/2024).

2. Minimnya penerus generasi penyadap nira kelapa

Senja Kala Perajin Gula Jawa di Triwidadi Pajangan BantulPenyadap nira pohon kelapa.(IDN Times/Daruwaskita)

Menurut Slamet, merosotnya jumlah perajin gula di Triwidadi disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah semakin langkanya penyadap nira kelapa yang terus menurun, dan mayoritas dari mereka adalah orang tua. Generasi muda saat ini enggan untuk menjadi penyadap nira karena penghasilannya rendah dan tak menentu, ditambah lagi resikonya yang tinggi.

"Penyadap nira yang ada saat ini usianya sudah tua-tua, demikian pula perajin gula jawa juga sudah tua-tua semua," ungkapnya.

Pihaknya telah berupaya untuk memastikan usaha pembuatan gula jawa tetap bertahan bahkan bertambah, namun perjuangan ini tidaklah mudah. Bantuan alat keselamatan dari Kalurahan bagi para penyadap nira justru dianggap menimbulkan kerumitan dan memerlukan waktu yang lama untuk menyadap nira.

"Kita bantu alat keselamatan saat menyadap nira namun justru tak efektif bagi penyadap nira karena belum terbiasa," ungkapnya.

Lebih lanjut, Slamet mengungkapkan bahwa saat ini produksi gula jawa dari Kalurahan Triwidadi mencapai dua hingga tiga ton per hari. Namun, gula yang dihasilkan bukanlah murni gula jawa, melainkan sudah dicampur dengan gula pasir.

"Nah, kalau betul-betul murni ya masih sedikit, namun memang gula jawa murni dengan gula jawa asli harganya jauh lebih mahal," ungkapnya.

Baca Juga: Bertaruh Nyawa saat Bekerja, Petugas Kebakaran hanya Digaji Rp2 Juta

3. Delapan bumbung nira hanya menjadi satu kilogram gula jawa murni

Senja Kala Perajin Gula Jawa di Triwidadi Pajangan BantulPerajin gula jawa di Triwidadi, Pajangan, Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara itu, Rajiman (70), salah seorang perajin gula jawa dari Kalurahan Triwidadi, menjelaskan bahwa usaha pembuatan gula jawa dari nira kelapa telah diwariskan secara turun temurun. Namun, ia mengakui bahwa saat ini produksi gula jawa murni tidak sebanyak seperti pada zaman dahulu. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya penyadap nira, dan kebanyakan dari mereka usianya sudah lanjut.

"Saya dalam sehari hanya bisa mengolah delapan bumbung (tempat nira) dan menjadi gula jawa murni tak sampai satu kilogram namun jika dicampur dengan gula pasir bisa dua hingga tiga kali lipatnya," ungkapnya.

Harga gula jawa murni dapat mencapai Rp 30 ribu per kilogram, sementara jika dicampur dengan gula pasir, harganya hanya Rp 15 ribu per kilogram. Pasaran gula jawa tersebut tersebar di berbagai pasar di sekitar Bantul, bahkan beberapa di antaranya juga mencapai pasar di Kabupaten Sleman.

"Sebenarnya usaha gula jawa dari nila kelapa masih menjanjikan namun kurang dilirik anak muda. Padahal jumlah pohon kelapa di Triwidadi sangat melimpah," ungkapnya.

Baca Juga: Bathtub asal Bantul Melanglang Buana Sampai ke Eropa

Hironymus Daruwaskita Photo Community Writer Hironymus Daruwaskita

Main sambil kerja

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya