TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Erupsi Merapi Tak Pengaruhi Suhu Panas yang Dirasakan Warga Jogja 

Pakar Iklim dan Bencana UGM paparkan penyebabnya

Warga mengamati material vulkanik erupsi Gunung Merapi di hulu Kali Gendol, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Kamis (10/3/2022) (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Sleman, IDN Times  - Cuaca panas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak dipengaruhi erupsi Gunung Merapi. Pakar Iklim dan Bencana dari UGM, Emilya Nurjani, M.Si, menyebutkan panas yang dirasakan saat ini terjadi akibat fenomena urban heat island yang umum terjadi di wilayah perkotaan.

 

1. Peningkatan suhu hanya terjadi 1-2 jam

Gunung Merapi (ANTARA FOTO/Rudi/hn/pd)

Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM ini menyebutkan bahwa guguran awan panas memang muncul hingga radius 7 kilometer, tidak secara langsung meningkatkan suhu secara signifikan.

“Proses erupsi Merapi tidak memengaruhi suhu. Namun, aerosol yang dihasilkan mungkin akan berpengaruh dalam menaikan maupun mengurangi suhu, tergantung angin. Debu vulkanik dari erupsi Merapi menutupi radiasi ke bumi sehingga panas yang akan dilepaskan ke atmosfer terganggu. Kondisi itu menyebabkan peningkatan suhu, tetapi tidak lama hanya 1-2 jam dan sangat lokal,” paparnya dikutip laman resmi UGM, Senin (13/3/2023). 

Baca Juga: Objek Wisata Taman Nasional Gunung Merapi Ditutup Sementara

Baca Juga: Foto Udara Merapi Pascaerupsi, Jarak Luncur Awan Panas 3,7 Km

2. Tidak meningkatkan potensi hujan di Jogja

Ilustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

Kenaikan suhu yang terjadi sekitar 1- 2 jam saat erupsi pada Sabtu (11/3/2023), dikatakan Emilya tidak meningkatkan potensi hujan di Jogja. Guguran awan panas yang menuju arah barat tidak meningkatkan aerosol yang menjadi inti kondensasi awan sehingga tidak menyebabkan hujan di Yogyakarta.

Emilya menuturkan minimnya dampak peningkatan suhu akibat erupsi Gunung Merapi, salah satunya dikarenakan Indonesia sebagai negara tropis dengan lapisan troposfer atau lapisan terendah atmosfer dengan ketebalan 18 kilo meter. Hal ini menjadikan debu vulkanik di lapisan troposfer dapat langsung dilepaskan karena tidak masuk ke lapisan stratosfer atau lapisan kedua atmosfer bumi.

"Kondisi berbeda terjadi di negara-negara kawasan Eropa yang hanya memiliki lapisan troposfer hanya 6 kilo meter . Tipisnya lapisan troposfer menyebabkan debu vulkanik yang dihasilkan erupsi gunung di wilayah Eropa tidak hanya masuk ke lapisan troposfer namun hingga lapisan stratosfer," terangnya. 

 

Baca Juga: Erupsi Gunung Merapi, Bupati Sleman: Masyarakat Tidak Perlu Panik

Berita Terkini Lainnya