TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kedelai Mahal, Perajin Tahu Tempe di Bantul Terpaksa Kurangi Produksi

Harga kedelai di pasaran Rp13 ribu per kilogram

Ilustrasi perajin tempe.(IDN Times/Silviana)

Bantul, IDN Times - ‎Harga kedelai sebagai bahan baku untuk memproduksi tahu dan tempe yang tembus Rp13 ribu per kilogram. Situasi ini membuat para perajin terpaksa mengakalinya dengan mengurangi jumlah produksi, ketimbang mengecilkan ukuran tempe atau tahu namun tidak laku dan justru merugi.

1. Saat harga kedelai di pasaran tembus Rp13 ribu per kilogram‎

Ilustrasi tempe yang terbungkus daun pisang (commons.wikimedia.org/Sakurai Midori)

Salah satu perajin tempe di Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Abu (65), mengatakan kenaikan harga kedelai telah terjadi sejak bulan Oktober yang lalu. Pada September, harga kedelai masih dalam kisaran Rp9 ribu per kilogram. Namun, pada awal bulan November harga kedelai naik hingga di atas Rp10 ribu dan saat ini mencapai Rp13 ribu per kg.

"Harga kedelai merangkak naik cukup tinggi terjadi pada awal bulan November ini," katanya, Rabu (8/11/2023).

Baca Juga: Tak Mau Timbul Keributan, Bantul Janji Stok Cabai Tetap Mencukupi

2. Tak menaikkan harga jual tempe dan tidak mengurangi ukuran‎

ilustrasi tempe (commons.wikimedia.org/Ocdp)

Menurut Abu, kenaikan harga ini terjadi karena pihak distributor kedelai menaikkan harga. Kedelai yang ada di pasaran kebanyakan berasal dari Amerika. Meski harga kedelai naik, namun Abu mengaku tidak menaikkan harga tempe kemasan plastik dengan berat setengah kilogram atau tempe dengan ukuran yang lebih kecil.

"Satu plastik tempe ukuran setengah kilogram Rp6 ribu. Saya mau naikkan tidak tega. Tidak untung ndak papa asal bisa makan," ujarnya. "Kalau ukuran dikecilkan malah tidak laku dan saya rugi," tambah dia.

Baca Juga: IWAPI Bantul Beri Pelatihan Wirausaha Mandiri buat Ibu-Ibu

Berita Terkini Lainnya