Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

10 Tahun Berjalan, Program Minapolitan di Bantul Masih Temui Kendala

Kapal nelayan di Pantai Depok, Bantul (IDNTimes / Febriana Sinta)
Intinya sih...
  • Program Minapolitan di Kabupaten Bantul menghadapi kendala setelah berjalan 10 tahun.
  • Implementasi Minapolitan di Bantul tidak sesuai dengan rencana induk, produksi perikanan budidaya masih di bawah target.
  • Keterlibatan masyarakat pesisir menjadi kunci dalam mencapai tujuan program Minapolitan untuk menciptakan kemandirian dalam mengelola budidaya tambak udang.

Bantul, IDN Times - Dosen dan Peneliti dari Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta mengkaji Program Minapolitan yang ada di Kabupaten Bantul. Meski sudah berjalan 10 tahun, program ini masih menghadapi sejumlah kendala.
 
Ketua Penelitian Tim Minapolitan dari Unisa Yogyakarta, Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali, mengatakan penelitian ini berangkat dari Program Minapolitan yang mengangkat potensi kawasan pesisir Indonesia yang cukup besar.

“Minapolitan berawal dari setiap daerah memiliki potensi pesisir yang tinggi. Adanya program Minapolitan untuk mengangkat derajat, pangsa pasar, dan juga sebagai wisata edukasi di Indonesia,” kata Ade, Kamis (10/10/2024).

1.Masih ada kendala dalam program minapolitan

Ketua Penelitian Tim Minapolitan dari Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali. (Dok. Istimewa)

Ade menjelaskan, penelitian Tim Minapolitan kali ini fokus pada pengembangan Minapolitan di Bantul, yang menjadi salah satu sasaran program ini. “Minapolitan di Bantul sudah berlangsung sejak 2014, tapi masih ada kendala,” ungkap Dosen Ilmu Komunikasi Unisa Yogyakarta itu.
 
Dikatakan Ade, penelitian ini mengkaji implementasi Minapolitan sebagai bagian dari kebijakan rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Bantul, yang merupakan pelopor program Minapolitan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 5 Tahun 2014. Temuan yang ada menunjukkan bahwa tersumbatnya proses yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tidak masuk dalam rencana induk Minapolitan.
 
“Akibatnya, produksi perikanan budidaya yaitu tambak dengan luas 240 hektare ditargetkan menghasilkan 1 ton/ha atau 101 ton/tahun, namun realita produksi pada akhir tahun 2022 hanya 92 ton,” ungkap Ade.
 
Ade mengungkapkan keterlibatan masyarakat khususnya masyarakat pesisir harus didorong untuk mencapai tujuan dari program. Apalagi, tujuan utama program ini adalah menciptakan kemandirian dalam mengelola budidaya tambak udang dengan standarisasi dan pemerintah sebagai regulatornya.
 
“Untuk mencapai tujuan tersebut, program translokasi memanfaatkan masyarakat sebagai pelaku usaha dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk menjaga kualitas udang yang akan diproduksi diperlukan. Minapolitan mengadopsi konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan yang didasarkan pada prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi,” kata Ade. 

2.Berbagai temuan dalam program minapolitan

Anggota Penelitian Tim Minapolitan dari Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. (Dok. Istimewa)

Ade mengatakan, konsep terpadu dalam pembangunan perikanan mencakup dua hal penting. Pertama, keterpaduan sektoral, yaitu integrasi antara perikanan dengan sektor pertanian, kehutanan, dan peternakan. Kedua, integrasi agribisnis, di mana seluruh proses perikanan mulai dari produksi hingga pemasaran berada dalam satu kawasan yang didukung infrastruktur memadai.

Ia menambahkan, program Minapolitan bertujuan menciptakan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan teknologi budidaya yang berstandar internasional. Masyarakat pesisir menjadi pelaku utama, mulai dari pembibitan hingga penjualan, di bawah bimbingan pemerintah.
 
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi ekologi, dengan memanfaatkan kebutuhan masyarakat melalui fakta-fakta yang terjadi di lapangan dan diiringi dengan proses komunikasi yang partisipatif, dapat menciptakan kesepahaman pada masyarakat pesisir. Hal ini sesuai dengan semangat yang digaungkan melalui program ini mengenai proses pembangunan di Indonesia. Konsep pemberdayaan ini membuktikan kekuatan masyarakat pesisir sebagai subjek pembangunan,” ungkap Ade.

3.Penelitian diharap bantu kembangkan potensi yang ada

Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Bantul, Nursina Karti. (Dok. Istimewa)

Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Bantul, Nursina Karti mengatakan DPK Bantul mendukung dan antusias dengan penelitian yang dilakukan Unisa Yogyakarta. “Hal ini (Penelitian Minapolitan) sejalan dengan Program Dinas Perikanan dan Kelautan,” ucap Nursina.
 
Nursina mengatakan DPK Bantul memiliki sejumlah program untuk pengembangan perikanan di Kabupaten Bantul. Mulai dari pengembangan perikanan tangkap, perikanan laut, budidaya ataupun pengembangan potensi perikanan dengan penyuluhan perikanan. “Kami pun berharap dengan penelitian ini bisa mendukung kesejahteraan dari pembudidaya perikanan atau pengolah perikanan yang ada di Kabupaten Bantul,” kata Nursina.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Herlambang Jati Kusumo
EditorHerlambang Jati Kusumo
Follow Us