TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Selain Siklon Seroja, Hal Ini Turut Menimbulkan Banjir Bandang

Deforestasi membuat ketahanan bentang alam terdegradasi

Warga melintas di dekat rumah yang rusak akibat banjir bandang di Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Senin (5/4/2021) (ANTARA FOTO/Pion Ratuloli)

Sleman, IDN Times - Pakar Kebencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Suratman mengungkapkan, banjir bandang yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) memang disebabkan oleh jumlah curah hujan akibat anomali iklim dengan siklon tropis seroja. Namun, banjir bandang juga tergantung dari sisi ketahanan bentang alam, kondisi hutan dan lereng di sekitar aliran sungai.

Ketika daya dukung semakin minim, maka ketangguhan sungai dalam menahan jumlah curah hujan yang tinggi di hulu sungai akan menurun.

”Selain karena cuaca yang ekstrem, pulau-pulau kecil ini saya lihat jarak lintas sungai jaraknya pendek. Diperkirakan sekitar empat kilometer dari hulu hingga sampai ke laut, material vulkanik, dan datanya hutannya juga ada pengurangan,” ungkapnya pada Jumat (9/4/2021).

Baca Juga: Wilayah Lain di Indonesia Berisiko Terdampak Siklon Tropis seperti NTT

1. Banjir bandang menandakan ketahanan bentang alam terdegradasi

Seorang warga menyaksikan banjir bandang yang merusak permukiman di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021) (ANTARA FOTO/HO/Dok BPBD Flores Timur)

Suratman menerangkan, kejadian banjir bandang di NTT menandakan bahwa ketahanan bentang alam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di pulau kecil terdegradasi akibat deforestasi dan alih fungsi lahan.

Untuk itu, dirinya meminta pemerintah untuk memperhatikan pengelolaan kondisi dan daya dukung DAS terhadap program pembangunan sebaran pemukiman. Hal ini lantaran tipe DAS di pulau kecil memiliki penanganan khusus.

“Jadi, memang Indonesia perlu mulai berpikir mengelola das-das di pulau kecil. Ini peringatan untuk bangsa kita. Banjir tidak hanya terjadi pada DAS besar tapi DAS kecil di pulau kecil apalagi terjadi anomali iklim seperti sekarang ini bisa mengerikan,” katanya.

2. Hujan tiga hari berturut-turut berisiko terjadi banjir bandang

Ilustrasi Hujan. IDN Times/Sukma Shakti

Menurut Suratman, kejadian banjir bandang pada umumnya sangatlah mendadak. Ditambah kondisi lintas sungai yang pendek, membuat waktu evakuasi juga menjadi sangat singkat meski sudah ada peringatan dini. Untuk itu, masyarakat perlu membaca akan tanda banjir bandang dengan melihat kondisi curah hujan selama tiga hari berturut-turut.

“Bila tiga hari hujan berturut-turut maka bisa berisiko banjir sehingga harus waspada,” terangnya.

Baca Juga: Selain Seroja, BMKG Minta Waspadai Siklon Tropis Odette 

Berita Terkini Lainnya