Selain Siklon Seroja, Hal Ini Turut Menimbulkan Banjir Bandang
Deforestasi membuat ketahanan bentang alam terdegradasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Pakar Kebencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Suratman mengungkapkan, banjir bandang yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) memang disebabkan oleh jumlah curah hujan akibat anomali iklim dengan siklon tropis seroja. Namun, banjir bandang juga tergantung dari sisi ketahanan bentang alam, kondisi hutan dan lereng di sekitar aliran sungai.
Ketika daya dukung semakin minim, maka ketangguhan sungai dalam menahan jumlah curah hujan yang tinggi di hulu sungai akan menurun.
”Selain karena cuaca yang ekstrem, pulau-pulau kecil ini saya lihat jarak lintas sungai jaraknya pendek. Diperkirakan sekitar empat kilometer dari hulu hingga sampai ke laut, material vulkanik, dan datanya hutannya juga ada pengurangan,” ungkapnya pada Jumat (9/4/2021).
Baca Juga: Wilayah Lain di Indonesia Berisiko Terdampak Siklon Tropis seperti NTT
1. Banjir bandang menandakan ketahanan bentang alam terdegradasi
Suratman menerangkan, kejadian banjir bandang di NTT menandakan bahwa ketahanan bentang alam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di pulau kecil terdegradasi akibat deforestasi dan alih fungsi lahan.
Untuk itu, dirinya meminta pemerintah untuk memperhatikan pengelolaan kondisi dan daya dukung DAS terhadap program pembangunan sebaran pemukiman. Hal ini lantaran tipe DAS di pulau kecil memiliki penanganan khusus.
“Jadi, memang Indonesia perlu mulai berpikir mengelola das-das di pulau kecil. Ini peringatan untuk bangsa kita. Banjir tidak hanya terjadi pada DAS besar tapi DAS kecil di pulau kecil apalagi terjadi anomali iklim seperti sekarang ini bisa mengerikan,” katanya.
Baca Juga: Selain Seroja, BMKG Minta Waspadai Siklon Tropis Odette