Komunitas Puan dan Bukunya Ajak Perempuan Asyik Baca dan Piknik Estetik

- Komunitas buku anggotanya khusus perempuan
- Usung tema picnic book yang jarang ada di Jogja
- Mengupayakan ruang aman bersuara bagi perempuan
Yogyakarta, IDN Times - Wisdom Park UGM, pada Minggu di awal bulan ini terasa lebih riuh dibanding biasanya. Ada beberapa komunitas yang menambah keramaian ruang terbuka hijau, salah satunya adalah Komunitas Puan dan Bukunya. Mereka menggelar beberapa tikar warna-warni yang diisi oleh belasan perempuan yang membaca buku dalam hening.
Selama tiga puluh menit masing-masing larut dalam bacaannya. Ada yang membawa novel fantasi, self-development, hingga wisata Jepang lengkap dengan huruf kanjinya.
1. Komunitas buku anggotanya khusus perempuan

Puan dan Bukunya adalah sebuah book club yang diinisiasi Dinda Ajeng Prastika. Komunitas ini dibentuk untuk belajar menyukai buku.
"Di Jogja banyak book club, lalu aku ikut. Terus ternyata kalau ikut (komunitas buku) dan ketemu banyak orang yang suka baca buku itu seru. Aku jadi tahu buku-buku yang belum pernah aku baca sebelumnya." Ujar Dinda saat ditemui pada Minggu (5/10/2025).
Bergerak dari rasa ingin punya teman membaca, Dinda membangun komunitasnya sendiri. Tak hanya membaca, komunitas ini juga memiliki kegiatan journaling, merangkai bunga, sampai berkain.
"Kita gak hanya sekadar baca buku saja, tapi juga ada kegiatan lain dari tiga aspek yaitu creativity, wellness, dan beauty," terang Dinda.
2. Usung tema picnic book yang jarang ada di Jogja

Saat berkumpul, Dinda meminta calon peserta untuk membawa makanan yang namanya diambil dari huruf pertama judul buku yang akan dibawa. Aneka keripik, wafer, sampai jajan pasar memenuhi sisi tengah tikar. Sembari membaca juga beramai-ramai mengudap makanan.
Awalnya, Dinda ingin menyasar kafe sebagai tempat membaca bersama yang digelarnya. Namun, ia mengaku kesulitan menemukan venue yang sesuai dengan keinginannya. sampai akhirnya memutuskan Wisdom Park UGM.
"Istilahnya book picnic itu kan gratis ya, kita masuk Wisdom Park juga gak berbayar. Cuma bawa makanan buat potluck saja dan tanpa ada minimal jumlahnya," terang perempuan asal Jogja ini.
Dinda juga merasa di ruang terbuka hijau, peserta lebih dekat dengan alam, santai, dan terbuka untuk berbincang. Ia berharap Pemda DIY bisa menyediakan lebih banyak ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan dengan berbagai acara.
3. Mengupayakan ruang aman bersuara bagi perempuan

Semakin siang, diskusi justru semakin asyik. Tak ada peserta yang merasa malu atau enggan bercerita tentang buku yang sedang atau pernah dibaca. Masing-masing larut dalam rasa penasaran tentang bacaan, dan akhirnya saling berbagi rekomendasi.
Inilah cita-cita Dinda, membangun community yang memberi ruang aman bagi perempuan. Mereka bisa lebih lantang dan bebas bercerita.
"Kalau soal bacaan aku gak membatasi, ya, kecuali yang mengandung SARA dan pornografi. Dari bacaan peserta yang ada, aku melihat bahwa mereka gak sekadar membaca saja, tapi juga mengorelasikan apa yang mereka alami di buku itu," imbuh Dinda.
Meski membuka lebar buat bagi perempuan untuk bergabung dengan Puan dan Bukunya, Dinda tetap membatasi jumlah peserta antara 10-15 orang. Hal ini untuk menjaga keintiman acara.
Nah, jika kamu berminat ikut gampang kok, daftar saja melalui media sosial Instagram @puan.dan.bukunya. Yuk, tambah teman dan buku bacaan baru.