Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Merasa Sepi di Keramaian? Pakar UGM Jelaskan Sebab dan Cara Mengatasinya

merasa sepi di keramaian
ilustrasi merasa sepi di keramaian (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Psikolog UGM Adelia Khrisna Putri menegaskan kesepian berbeda dari sekadar sendiri, karena berkaitan dengan kualitas hubungan, bukan jumlah teman atau orang di sekitar.
  • Tanda kesepian antara lain merasa hampa, tidak terhubung, emosi mudah berubah, fisik mudah lelah, dan lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya.
  • Cara mengatasinya meliputi mengakui perasaan, menghubungi orang terpercaya, mengikuti kegiatan baru, mengurangi media sosial, menjaga kesehatan, dan mencari bantuan profesional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times – Kesepian sering disalahartikan sebagai kondisi ketika seseorang sendirian menghadapi masalah. Padahal, tidak selalu demikian. Bagi sebagian orang, justru berada sendiri secara fisik dapat memberi rasa nyaman.

Pakar psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Adelia Khrisna Putri, menjelaskan bahwa kesepian merupakan perasaan yang lebih kompleks. “Ini bukan sekadar soal jumlah teman, tapi soal kualitas hubungan yang kita rasakan,” ungkapnya, Senin (11/8/2025) dilansir laman resmi UGM.

1. Kesepian berbeda dengan sekadar sendiri

kesepian
ilustrasi kesepian (Unsplash.com/Anthony Tran)

Adelia menjelaskan bahwa kesepian lebih mengacu pada kondisi emosional, yaitu saat koneksi yang dibutuhkan terasa hilang atau kurang bermakna, meski tidak sedang sendirian. “Jadi, perlu diingat bahwa sendirian belum tentu kesepian, dan kesepian belum tentu karena sendirian,” jelasnya.

Ia memaparkan tanda-tanda kesepian, seperti merasa hampa, kurang bersemangat meski aktivitas tetap berjalan, dan sulit merasa benar-benar terhubung dengan orang lain. Gejala lainnya meliputi merasa kurang dilibatkan, jarang mengikuti kegiatan yang dulu disukai, pikiran penuh kekhawatiran, serta merasa tidak dimengerti.

“Terkadang emosi mudah berubah seperti tiba-tiba sedih, putus asa, atau mudah kesal, tubuh terasa lebih mudah lelah atau sering sakit, hingga menghabiskan lebih banyak waktu di dunia maya atau media sosial,” ujarnya.

2. Faktor utama: kualitas hubungan, bukan jumlah orang

Ilustrasi sahabat (Unsplash/Becca Tappert)
Ilustrasi sahabat (Unsplash/Becca Tappert)

Adelia menuturkan bahwa kesepian bisa terjadi meski seseorang berada di keramaian. Ia mencontohkan, berada di ruangan penuh orang yang tidak memiliki hubungan dekat bisa terasa sangat lama. Sebaliknya, bersama orang-orang yang dapat diajak bercanda dan berbicara dari hati membuat waktu terasa singkat. “Perbedaannya? Bukan pada jumlah orang di sekitar, tapi pada kualitas hubungan yang membuat kita merasa terhubung,” tuturnya.

3. Langkah konkret untuk mengatasi kesepian

ilustrasi kesepian (unsplash.com/maks_d)
ilustrasi kesepian (unsplash.com/maks_d)

Menurut Adelia, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesepian. Pertama, menyadari dan mengakui perasaan tersebut. Kedua, menghubungi orang terpercaya melalui pesan, telepon, atau ajakan bertemu. Ketiga, mengikuti kegiatan yang diminati untuk bertemu orang baru. Keempat, mengurangi waktu di media sosial dan menggantinya dengan interaksi langsung. Kelima, merawat diri dengan makan sehat, olahraga ringan, dan tidur cukup. Keenam, mencari bantuan profesional seperti konselor atau psikolog.

Adelia menegaskan bahwa kesepian adalah hal yang wajar dirasakan setiap orang, namun langkah proaktif dapat membantu mengatasinya. “Tidak apa-apa merasa kesepian, mengakuinya adalah langkah pertama,” pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us