Special Screening di Jogja, Film Angkara Murka Pulang Kampung

- Special screening film Angkara Murka di Cinépolis Lippo Plaza Yogyakarta disambut antusias ratusan orang.
- Film ini mengangkat isu lokal tentang tambang pasir di lereng Gunung Merapi, Sleman, namun memiliki dampak global yang menyentil luka kolektif dari sistem yang timpang.
- Angkara Murka menceritakan perjuangan seorang ibu muda yang terjerat dalam teror kekuasaan, praktik tumbal manusia, dan gangguan makhluk gaib di tambang pasir.
Yogyakarta, IDN Times - Ratusan orang tampak memadati bioskop Cinépolis di Lippo Plaza Yogyakarta, Jumat (16/5/2025) sore. Mereka antusias menantikan special screening film terbaru produksi Forka Films, Angkara Murka.
Produser Forka Films, Ifa Isfansyah, mengatakan lewat special screening di Jogja ini, Angkara Murka akhirnya pulang kampung. Pasalnya, sebagian besar produksi dilakukan di Yogyakarta dan melibatkan banyak kru dan pemain lokal.
"90 persen produksi film dilakukan di Jogja, mulai dari proses syuting, editing, mixing. Jadi, special screening ini ibarat Angkara Murka pulang ke rumah," ucapnya menjelang pemutaran film.
1. Jogja sebagai jalur alternatif sinema

Ifa mengatakan, Jogja menjadi tempat bagi pemutaran resmi yang ketiga, setelah world premiere di Udine, Italia, dan Jakarta. Menurutnya, Jogja merupakan ruang tumbuhnya budaya sinema serta bakat-bakat sineas muda, termasuk Eden Junjung, sutradara Angkara Murka.
"Jogja selalu mempunyai karakter sinema yang berbeda, entah dari tekstur, lokasi, bahasa, pemain. Dalam film ini, teksturnya sangat Jogja, tapi mengusung isu yang sangat global," ujar Ifa usai pemutaran film.
2. Syuting di tambang pasir lereng Merapi

Sutradara Eden Junjung, yang sebelumnya dikenal lewat karya-karya pendeknya, seperti Happy Family, Bura, dan The Intrusion, bermaksud kembali berupaya mengangkat isu sosial lewat tema tambang pasir yang dipadukan dengan mistis.
“Saya tumbuh di kaki gunung yang katanya dihuni setan, tapi seiring waktu saya sadar,
ketakutan itu sengaja ditanamkan untuk membungkam. Lereng yang dibilang angker,
ternyata jadi ladang tambang ilegal. Itulah horor yang sebenarnya,” ucap Eden.
Eden menceritakan, sebagian besar aktivitas syuting berlangsung di tambang pasir di lereng Gunung Merapi, Sleman. Menurutnya, tantangan terbesar selama proses syuting adalah cuaca yang ekstrem serta udara yang dingin. Apalagi, mereka melakukannya di malam hari.
"Lokasinya hanya 5 km dari puncak Merapi, tantangannya kita harus lebih hati-hati menjaga kesehatan, stamina, serta keselamatan kita, karena kita syuting di area yang cukup berisiko," lanjutnya.
3. Sinopsis Angkara Murka

Angkara Murka mengisahkan perjuangan Ambar (Raihaanun), seorang ibu muda yang nekat bekerja di tambang pasir demi mencari suaminya, Jarot (Aksara Dena), yang hilang secara misterius. Namun, alih-alih menemukan jawaban, Ambar justru terjerat dalam teror kekuasaan, praktik tumbal manusia, dan gangguan makhluk gaib yang diyakini menjaga tanah tersebut.
Dibantu Lukman (Simhala Avadana), Ambar menyusuri rahasia kelam di balik pertambangan yang membungkam suara-suara yang lemah. Film ini turut diperkuat oleh Whani Darmawan sebagai Raden Broto yang bengis, serta Rukman Rosadi.
Menggabungkan horor atmosferik, drama emosional, dan kritik sosial, Angkara Murka menyentil luka kolektif dari sistem yang timpang. Film ini juga telah melakukan world premiere di Far East Film Festival (FEFF) 2025 di Udine, Italia, pada 30 April 2025 lalu. Angkara Murka bakal tayang secara serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 22 Mei 2025 mendatang.