Filosofi Batik Motif Tambal, Lekat dengan Manunggaling Kawula Gusti

- Batik motif Tambal adalah simbol perbaikan dalam budaya Jawa.
- Motif ini digunakan di Keraton Jogja dan berkaitan dengan penyembuhan serta filosofi Manunggaling Kawula Gusti.
- Keberagaman motif dalam satu pola mencerminkan kehidupan manusia, dan keterkaitannya dengan ajaran Manunggaling Kawula Gusti mengajarkan manusia untuk menerima dan memperbaiki keadaan untuk menikmati makna hidup yang lebih tinggi.
Bagi masyarakat Jawa, batik adalah cerminan hidup. Setiap motifnya punya makna, termasuk motif Tambal yang sejak dulu digunakan sebagai simbol perbaikan. Motif yang berasal dari Jogja ini menggambarkan konsep untuk menyempurnakan sesuatu yang masih kurang.
Pada masa lalu, kain batik bermotif tambal juga digunakan oleh orang sakit untuk mendapat kesembuhan. Namun, maknanya lebih dari itu, filosofi ini juga ada kaitannya dengan ajaran Manunggaling Kawula Gusti.
Seperti apa hubungan antara batik motif tambal dengan konsep Manunggaling Kawula Gusti?
1.Motif tambal: bentuk dan fungsi

Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Pandansari Kusumo, dkk yang berjudul Motif Batik Keraton Yogyakarta sebagai Sumber Inovasi Perhiasan Kotagede, motif tambal tak hanya unik dari sisi bentuk, tapi juga memiliki fungsi menarik.
- Dari bentuknya, motif ini masuk dalam kategori motif geometris. Tersusun rapi dengan pola-pola segiempat membentuk bujur sangkar. Ukurannya bervariasi, tergantung cara penyusunannya. Ada yang menciptakan visual kecil dan besar. Motif ini mudah dikenali dalam dunia batik.
- Di lingkungan Keraton Jogja, motif ini digunakan sebagai bebet atau kain panjang yang dikenakan abdi dalem dengan pangkat seperti dalang, pesinden jajar, dan geladhag.
2.Makna dari batik motif tambal

Polanya yang terdiri dari berbagai unsur motif batik menggambarkan bagian kehidupan manusia yang mengalami tantangan dan keterbatasan. Namun, di balik itu semua selalu ada jalan untuk menemukan kebahagiaan dan mendapatkan kesejahteraan secara lahir batin.
Selain itu, pada zaman dulu, motif ini juga berkaitan dengan penyembuhan. Konon, orang yang sakit akan diselimuti kain batik motif tambal dengan harapan supaya kembali sehat, sesuai dengan arti tambal yaitu memperbaiki. Penggunaan kain batik ini dipercaya bisa memberikan semangat bagi orang sakit untuk kesembuhannya.
Ketika dimaknai lagi dari proses tersebut, orang yang sedang sakit dan dirawat oleh keluarga dengan cara menyelimuti tubuhnya menggunakan kain ini dan berangsur membaik, ada faktor perhatian dari sekitar dengan tulus. Kasih sayang keluarga membuat seseorang yang menderita optimis kembali pulih.
Makna-makna tersebut selaras dengan filosofi Jawa dalam upaya menjaga harmoni hidupnya. Tradisi ini jadi bagian ajaran masyarakat Jawa untuk menjaga kesehatan tubuh, pikiran, dan spiritualnya.
3.Susunan motif tambal juga mencerminkan salah satu falsafah Jawa

Tidak seperti motif lainnya yang teratur dan polanya berulang, motif tambal justru terdiri dari berbagai motif batik. Polanya adalah gabungan dari unsur motif parang, truntum, ceplok, dan sebagainya yang dipisahkan oleh garis diagonal. Maka, tampilannya menyerupai kain yang ditambal.
Keberagaman motif dalam satu pola mencerminkan kehidupan manusia. Setiap unsur motif punya maknanya, dan ketika disusun menjadi satu, lalu disebut motif tambal, maka ini bermakna simbol harapan untuk mengalami perbaikan, keseimbangan, dan kebahagiaan.
Menurut Suwarna dalam bukunya Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam Berbagai Kebatinan Jawa, simbol adalah bagian dari sistem kepercayaan dan religi yang membantu manusia terhubung dan merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Dalam konteks motif tambal bisa dilihat juga sebagai wujud perjalanan spiritual manusia untuk semakin dekat dengan Yang Maha Kuasa.
Hal tersebut berkaitan dengan ajaran Manunggaling Kawula Gusti, yaitu menyatunya manusia dengan Tuhannya. Ketika seseorang sakit dan menyelimuti tubuhnya menggunakan kain batik bermotif tambal, maka ini bagian dari usaha agar kembali sehat, bisa berkumpul dengan keluarga, saling membantu dan mendukung, serta beribadah kepada Sang Pencipta.
Keterkaitan makna dari kedua hal ini mengajarkan manusia untuk menerima dan memperbaiki keadaan untuk menikmati makna hidup yang lebih tinggi.
Keberagaman motif dalam satu kesatuan perlu dimaknai secara utuh, sehingga elemen estetikanya membuat seseorang mampu memperindah diri dan hidupnya. Seperti batik ini, untuk bisa nampak indah saat dipandang, ada proses pengerjaan bertahap. Maka, ketika seseorang ingin meraih tujuan lebih tinggi, lalui juga jalan-jalannya dengan gembira, berintrospeksi, serta terus memperbaiki diri.
Syukuri apa yang dimiliki, asah dan kembangkan potensi. Mulailah berani merajut mimpi, ketika ada rintangan di depan, tetaplah baik dalam berpengharapan. Kalau sudah usaha diiringi berdoa, ada saja nanti jalannya.