Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Asa Gen Z di Jogja Meraih Pekerjaan Impian Kala Pengangguran Meningkat

ilustrasi Gen-Z dengan pekerjaan sampingan (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi Gen-Z dengan pekerjaan sampingan (pexels.com/Julia M Cameron)
Intinya sih...
  • Gen Z kesulitan mencari pekerjaan, 9,9 juta anak usia 15-24 tahun di Indonesia tidak sekolah, bekerja, atau melakukan pelatihan
  • Alasan kesulitan mencari pekerjaan: kurangnya lapangan kerja, minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan yang menjanjikan di daerah tempat tinggal
  • Pekerjaan impian Gen Z: gaji layak, lingkungan kerja nyaman dan santai, serta kemampuan untuk berkembang dan berkolaborasi dengan orang-orang positif
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Gen Z disebut-sebut kesulitan mencari pekerjaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, setidaknya ada 9,9 juta anak usia 15–24 tahun di Indonesia yang tidak sekolah, bekerja, maupun melakukan pelatihan alias pengangguran.

Secara nasional, angka tersebut mencapai 20,31 persen dari jumlah Gen Z. Sementara, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri, jumlahnya 11,84 persen.

Berbagai alasan mengapa terjadi fenomena tersebut, mulai dari tidak kesenjangan antara jumlah lapangan pekerjaan dengan pencari kerja hingga kurangnya pengalaman kerja. Namun, bagaimana menurut para Gen Z sendiri? Dan, pekerjaan seperti apa yang kini diincar mereka?

1. Kurangnya kemampuan hingga minimnya informasi lowongan kerja jadi kesulitan bagi Gen Z

ilustrasi wawancara lowongan pekerjaan (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi wawancara lowongan pekerjaan (pexels.com/Ron Lach)

Alifah, Gen Z asal kabupaten Kulon Progo, DIY, saat ini bekerja sebagai customer service dan digital marketing di sebuah toko pakaian thrift. Ia berpendapat mengapa generasinya saat sulit mencari pekerjaan karena ada beberapa faktor. 

"Pihak Gen Z sendiri yang kurang bisa bersaing karena setiap tahun menciptakan persaingan tinggi di pasaran kerja, sementara lapangan kerja tidak bertambah secara proporsional," ucapnya saat diwawancarai pada Kamis (2/5/2025). 

Di satu sisi, ia pernah mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena dipengaruhi oleh minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan yang menjanjikan di daerah tempat tinggalnya.

"Sebelum mendapatkan pekerjaan yang sekarang, kesulitanku ada di tempat tinggal. Karena jauh dari rumah dan harus kost, tambah biaya. Harus bayar lagi," katanya. 

Hal ini tak jauh berbeda dengan Amalin Dwi Annisa Putri yang kini tengah berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Saat diwawancarai (2/5/2025), ia berpendapat ada sejumlah faktor mengapa Gen Z cenderung kesulitan mencari pekerjaan. 

"Salah satunya adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, banyak Gen Z yang kurang mendapatkan informasi yang cukup tentang dunia kerja sejak dini," ujar dia. 

2. Gaji cukup itu penting, tapi lingkungan kerja positif adalah impian Gen Z

Ilustrasi wanita ngobrol dengan rekan kerja (freepik.com/katemangostar)
Ilustrasi wanita ngobrol dengan rekan kerja (freepik.com/katemangostar)

Ada hal yang membedakan Gen Z dengan generasi sebelumnya dalam memandang pekerjaan impian. Jika generasi sebelumnya memandang status pekerja tetap dan kestabilan, di mata Gen Z justru lebih menarik. Alifah misalnya, ia memiliki rasa penasaran kala mencari pekerjaan baru yang semula belum pernah digelutinya. 

Menurutnya selain pekerjaan dengan gaji layak, lingkungan yang nyaman plus dapat bekerja dengan sepantaran tak kalah penting. Menurutnya, ini menjadikannya lebih nyaman dan merasa santai saat bekerja.

Persoalan ini turut diamini oleh Amalin. "Pekerjaan impian saya adalah yang memiliki suasana kerja yang santai, tidak terburu-buru oleh tekanan atasan, namun tetap profesional. Saya suka lingkungan kerja yang suportif, penuh kerja sama tim, dan memberikan ruang bagi karyawan untuk berkembang." 

Amalin bahkan mengungkapkan jika teman kantor yang positif adalah impiannya. Ini karena bekerja bersama orang orang yang positif bisa menjadi penyemangat tersendiri.

3. Upaya Gen Z agar tak jadi pengangguran

Anak sedang belajar (Pexels.com/ Annushka Ahuja)
Anak sedang belajar (Pexels.com/ Annushka Ahuja)

Menyadari bahwa sulit mencari pekerjaan di era saat ini, baik Amalin dan Alifah merasa perlu bagi Gen Z untuk meningkatkan diri. 

"Saya berusaha mempersiapkan diri dengan belajar keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja, memperluas jaringan (networking), serta aktif mencari informasi lowongan pekerjaan melalui berbagai platform. Selain itu, saya berusaha terus mengembangkan soft skill seperti komunikasi, kerja sama tim, dan manajemen waktu karena hal-hal tersebut sangat penting di dunia kerja," ucap Amalin yang dalam waktu dekat akan lulus kuliah dan ingin langsung bekerja. 

Sementara, Alifah berpendapat bahwa menjadi pribadi yang melek teknologi adalah hal yang gak kalah penting. Sebab dengan begitu, ia sebagai Gen Z dan pribadi dengan usia produktif bisa menyesuaikan zaman dan keadaan yang selalu menuntut pembaruan. 

Gen Z seperti Alifah dan Amalin memiliki kesadaran bahwa gaji layak dipertimbangkan saat mencari pekerjaan, tapi kenyamanan tak kalah penting dalam sebuah kantor. Di satu sisi, mereka paham bahwa tidak bisa sekadar pasrah menghadapi kesulitan dalam cari pekerjaan, tapi mau mengupayakan upgrade diri agar bisa bersaing dengan lainnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dyar Ayu
Paulus Risang
Dyar Ayu
EditorDyar Ayu
Follow Us