Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tokoh Dimakamkan di TMPN Kusumanegara Jogja, Ada Adi Soemarmo

Potret TMPN Kusumanegara
Potret TMPN Kusumanegara (budaya.jogjaprov.go.id)

Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Kusumanegara diresmikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1964. Berlokasi di tengah Kota Yogyakarta, tempat peristirahatan ini dibuat secara khusus untuk pemakaman para pahlawan, anggota militer, dan pejabat tinggi Negara Indonesia. Ada ribuan pejuang hingga tokoh besar yang dimakamkan di TMPN Kusumanegara.

Anggota TNI Angkatan Darat dimakamkan sebanyak 1.065 makam, TNI Angakatan Udara 156 makam, TNI Angkatan Laut 56 makam, dan polri 79 makam. Ada juga makam bagi 404 pejuang lain, warga sipil terdapat sembilan orang dan 131 makam pejuang yang tidak tercatat identitasnya.

Berikut beberapa nama pahlawan yang dimakamkan di TMPN Kusumanegara termasuk Jenderal Soedirman.

1. Jenderal Soedirman

(Makam Panglima Besar Jenderal Sudirman) purbalinggakab.go.id
(Makam Panglima Besar Jenderal Sudirman) purbalinggakab.go.id

Raden Soedirman yang dikenal dengan Jenderal Soedriman, lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916 dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Panglima Besar TNI pertama ini sekaligus peramu taktik perang gerilya yang berhasil memecah belah Belanda saat berusaha kembali menjajah Indonesia setelah kemerdekaan.

Diketahui dari berbagai sumber, Jenderal Soedirman meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Bahkan saat perang gerilya masih bergejolak, ia terserang penyakit TBC. Namun ia tak gentar, dan masih turut berpindah-pindah tempat seperti ke hutan, sungai, dan desa untuk bertempur meski dengan cara ditandu.

Pada 1949, Soedirman memutuskan untuk pensiun di usianya yang masih cukup muda, yaitu 33 tahun karena penyakitnya tersebut. Satu tahun kemudian, tepatnya pada 29 Januari 1950 akhirnya tutup usia di Magelang lalu dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Semaki, atau yang kini bernama TMPN Kusumanegara.

2. Letjen TNI Oerip Soemohardjo

Letjen TNI Oerip Soemohardjo lahir dengan nama Muhammad Sidik pada 22 Februari 1893, dan mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional pada 1964.

Oerip Soemohardjo lahir dari keluarga priyayi, ayahnya seorang guru HIS dan ibunya merupakan putri dari Bupati Trenggalek. Ia menghabiskan masa mudanya di dunia militer meski sempat menjadi petani di Gentan, Jawa Tengah, sampai akhirnya saat Indonesia merdeka. Letjen TNI Oerip Soemohardjo diangkat sebagai Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Riwayat penyakit jantung disebut sebagai penyebab Letjen TNI Oerip Soemohardjo wafat. Namun, sebelumnya kesehatannya mulai menurun lantaran rasa kecewa atas hasil Perjanjian Renville yang berisi Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS). Tepat pada 17 November 1948, Letjen TNI Oerip Soemohardjo tutup usia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

3. Brigjen TNI Katamso Darmokusumo

Brigjen TNI Katamso Darmokusumo, sosok yang namanya kerap dipakai untuk nama jalan, lahir di Sragen, Jawa Tengah pada 5 Februari 1923 dari pasangan Ki Sastrosudarmo dan Kasiyem Sastrosudarmo. Ayahnya merupakan seorang mantri polisi, membuatnya menjadi pribadi yang tegas.

Karier Katamso Darmokusumo dalam dunia militer dimulai saat bergabung Pembela Tanah Air (PETA). Saat Indonesia merdeka, ia tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat atau TKR (saat ini TNI). Tahun 1946, naik pangkat menjadi kapten hingga menjadi komandan Kompi untuk wilayah Klaten, Jawa Tengah.

Segudang prestasi dari Brigjen Katamso justru disambut pengkhianatan oleh bawahannya, Mayor Mulyono. Mayor Mulyono dan pengikutnya menculik sang kolonel beserta Letkol Sugiyono. Keduanya dibunuh dan dinyatakan wafat pada 2 Oktober 1965 tapi jenazahnya baru ditemukan pada 12 Oktober 1965. Baru delapan hari kemudian, dimakamkan di TMPN Kusumanegara.

4. Menteri Supeno

IDN Times/dok Keluarga Supeno
Supeno. (IDN Times/dok Keluarga Supeno)

Supeno lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada 12 Juni 1916. Ia berasal dari keluarga yang sederhana, ayahnya merupakan seorang pegawai rendahan di perusahaan kereta api milik Belanda.

Riwayat pendidikannya cukup baik yang dimulainya dari lulus Sekolah Menengah Atas di Algemeene Middelbare School (AMS) Semarang dan lanjut ke Sekolah Tinggi Teknik di Bandung. 

Masa mudanya diisi dengan mengikuti berbagai organisasi seperti Perkumpulan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), lalu tergabung di Indonesia Moeda, dan lain-lain. Selanjutnya tiga tahun setelah kemerdekaan, Supeno yang sempat tinggal di Bukittinggi untuk melancarkan Balai Pemuda di Sumatera, dipanggil ke Jakarta dan diangkat sebagai Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta I.

Sayangnya, karier ini tak berjalan lama. Pada 19 Desember 1948 Belanda kembali menyerang Indonesia yang membuat ibu kota dipindahkan ke Yogyakarta. Supeno tak tinggal diam, ia sebagai pemuda turut bergabung dalam perang gerilya tapi tertangkap di Nganjuk, Jawa Timur. Ia diketahui wafat dengan luka tembakan di pelipisnya dan setahun berlalu, jasadnya dipindah ke TMPN Kusumanegara setelah sebelumnya dimakamkan di Nganjuk.

5. Adi Soemarmo Wiryokusumo

Bandara Adi Soemarmo, Solo
Bandara Adi Soemarmo, Solo. (Dok/Angkasa Pura)

Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Solo, Adi Soemarmo Wiryokusumo adalah tokoh penting dalam dunia penerbangan di Indonesia. Lahir di Blora, Jawa Tengah pada 31 Maret 1921, sejak awal, ia menyukai teknik dan komunikasi yang kemudian membuatnya masuk ke bidang tersebut.

Seperti anak kebanyakan di era tersebut, Adi Soemarmo Wiryokusumo mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), yang merupakan sekolah dasar untuk keturunan peranakan Eropa, keturunan Timur dan bumiputra. Selanjutnya masuk ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Semarang, Jawa Tengah dan melanjutkan sekolahnya di MHS, Yogyakarta.

Ia memulai karier militernya dengan memasuki korps penerbang sukarela, bernama Vrijwillig Vliegers Corps (VVC) di Yogyakarta.

Adi Soemarmo Wiryokusumo diketahui sebagai perintis Sekolah Radio Telegrafis Udara, yang bertempat di Pangkalan Udara, Maguwoharjo, Yogyakarta. Sayang, ia gugur muda di usia 26 tahun saat menjalankan misi kemanusiaan membawa obat-obatan dari Palang Merah Internasional. Pesawatnya, Dakota VT-CLA, yang ditumpangi bersama beberapa perwira lain, ditembaki Belanda yang akhirnya jatuh di Dusun Ngoto, Bantul, Yogyakarta.

Itulah beberapa tokoh yang dimakamkan di TMPN Kusumanegara, Yogyakarta. Pahlawan yang memiliki jasa untuk negara.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us

Latest Life Jogja

See More

5 Alasan Kerja Freelance lebih Melelahkan Dibanding Kantoran

29 Sep 2025, 14:10 WIBLife