Anak Penjual Jerami asal Gunungkidul Kuliah Gratis di UGM, UKT Disubsidi 100 Persen

- Rofi dan keluarganya mengalami keterbatasan ekonomi, ayahnya bekerja sebagai sopir truk pengangkut jerami untuk pakan ternak
- Rofi adalah siswi berprestasi yang gemar menulis puisi, didukung oleh orang tuanya untuk mengejar cita-citanya meski dalam keterbatasan ekonomi
- Rofi bercita-cita masuk Kementerian Pertanian dan memilih Program Studi Teknik Pertanian di UGM, bersyukur mendapatkan beasiswa subsidi UKT 100% dari kampus
Yogyakarta, IDN Times - Keterbatasan ekonomi tak menyurutkan asa Rofidah Nurhana Lestari (18) untuk menempuh pendidikan tinggi. Lewat usaha dan kerja keras, perempuan asal Teguhan, Wonosari, Gunungkidul, ini berhasil lolos ke Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100 persen alias gratis.
1. Jual jerami untuk pakan ternak, penghasilan orangtua Rofi tak menentu

Perempuan yang akrab disapa Rofi ini dikenal sebagai pribadi mandiri dan pekerja keras. Sambil menunggu perkuliahan di Fakultas Teknologi Pertanian UGM dimulai awal Agustus nanti, ia masih sempat bekerja sebagai penjaga konter HP. “Melihat kondisi Bapak di musim hujan ini yang belum bisa bekerja maksimal. Saya juga tahu nantinya masuk kuliah juga perlu biaya,” ujar Rofi dilansir laman resmi UGM.
Ayah Rofi, Timbul Marsono (54), bekerja sebagai sopir truk pengangkut jerami untuk pakan ternak. Ia menggunakan mobil milik tetangganya untuk mengambil jerami dari desa lain sebelum dijual kembali ke warga yang memiliki ternak. “Jerami saya ambil dari desa lain, lalu dijual ke warga yang punya ternak,” katanya.
Namun saat musim hujan, permintaan jerami cenderung menurun. Timbul pun mencari cara lain agar kebutuhan keluarganya tetap terpenuhi, salah satunya dengan mengais rezeki dari barang bekas. “Kalo lagi sepi, kita cari rongsokan,” lanjutnya.
Darini (52), ibu Rofi, menuturkan bahwa suaminya kerap berangkat sejak subuh dan pulang larut malam demi menjual habis jerami yang dibawanya. Pendapatan sebagai sopir truk berkisar Rp1,5 juta per bulan, tergantung dari banyaknya permintaan. “Sebulan itu bisa delapan sampai sepuluh kali berangkat, tapi gak mesti. Sekali pulang dapat seratusan ribu,” jelasnya.
Meski dalam keterbatasan, Timbul tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ia merasa bersyukur memiliki anak seperti Rofi yang terbiasa belajar dengan tekun, bahkan hingga larut malam. “Belajarnya sampai jam 1 sampai 2 pagi apalagi jika menjelang ujian,” terangnya.
2. Siswa berprestasi yang gemar menulis puisi

Sejak duduk di bangku SD hingga SMP, Rofi dikenal sebagai siswa berprestasi dan kerap meraih peringkat pertama. Kegemarannya membaca juga pernah mengantarkannya menjuarai lomba penulisan puisi hingga puisinya dimuat dalam buku Catatan Perjuangan bersama Najwa Shihab.
Rofi mengaku semangat belajarnya tumbuh karena dukungan orang tua yang terus mendorongnya untuk mengejar cita-cita. “Bapak ibu selalu memotivasi saya untuk bisa sekolah lebih tinggi, walaupun dengan keadaan ekonomi yang seperti ini,” ucap anak bungsu dari dua bersaudara itu dengan mata berkaca-kaca.
Rofi juga mengenang bagaimana sang ayah terus meyakinkannya untuk tetap mendaftar ke perguruan tinggi dan berharap ada jalan beasiswa yang bisa diraih. “Bapak selalu meyakinkannya, pasti ada kesempatan beasiswa di masa depan, dan bagaimanapun saya akan dapat berkuliah,” katanya.
Di matanya, kedua orang tuanya adalah sosok penuh kesabaran yang rela berkorban tanpa mengeluh. Ia menaruh hormat pada ibunya yang selama bertahun-tahun merawat kakaknya yang lumpuh sejak kecil. “Tahun lalu kakak saya berpulang, selama 27 tahun ibu merawat di rumah dan bolak-balik masuk rumah sakit,” ungkapnya.
3. Bercita-cita masuk Kementerian Pertanian
Rofi menaruh harapan besar untuk bisa berkarier di Kementerian Pertanian. Keinginan itulah yang mendorongnya memilih Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian UGM. “Saya melihat di teknik pertanian itu lebih menarik karena ada tekniknya, dan saya ingin nantinya saya bisa menjadi salah satu kontributor dalam menginovasi produksi maupun sarana di bidang pertanian Indonesia,” ujarnya.
Rasa syukur juga disampaikan Rofi setelah dinyatakan lolos di UGM dan mendapatkan beasiswa berupa subsidi UKT 100 persen. Bantuan tersebut sangat meringankan beban ekonomi keluarganya.
Ibunya, Darini, turut menyampaikan apresiasi kepada UGM yang telah memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berkuliah di tengah keterbatasan. “Saya sangat berterima kasih kepada pihak UGM, yang mana telah menerima anak saya Rofidah dengan subsidi 100%. Anak saya mendapat biaya kuliah gratis, sekali lagi terima kasih,” ucapnya.