Keren, UGM dan Universitas Edinburgh Bikin Necrobot Biawak

- Tim peneliti UGM dan University of Edinburgh mengubah kerangka biawak menjadi necrobot, gabungan sains dan teknologi.
- Penelitian dimulai September 2024, dengan CT scan kerangka biawak dan pemasangan mesin robot ke dalamnya.
- Necrobot berhasil dibuat dari cetakan rangka biawak pada Januari 2025, lalu diperbaiki dengan rangka asli biawak untuk pembelajaran di Laboratorium Sistematika Hewan UGM.
Yogyakarta, IDN Times - Kalau mendengar kata biawak dan robot, apa yang pertama kali muncul di kepalamu? Mungkin yang terbayang adalah reptil ketika berkeliaran di alam liar atau mesin canggih yang ada di film-film fiksi ilmiah. Namun, siapa sangka, ternyata kedua hal yang tampaknya bertolak belakang ini bisa digabungkan menjadi satu inovasi luar biasa.
Di tangan tim peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bekerja sama dengan University of Edinburgh, kerangka seekor biawak ternyata berhasil diubah menjadi sesuatu yang unik, yaitu necrobot biawak. Ini bukan sekadar robot biasa yang terbuat dari logam atau plastik, melainkan robot yang menggunakan rangka asli seekor biawak.
1. Awal mula ide membangun robot dari kerangka seekor biawak

Semua ini bermula pada September 2024, ketika Dr. Parvez Alam dari University of Edinburgh mengajak dua mahasiswanya, Leo Foulds dan Nadia Ditta, untuk berkolaborasi dengan tim UGM yang dipimpin oleh Dr. Eko Agus Suyono.
Mereka datang ke Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM dengan satu tujuan memahami bagaimana reptil, khususnya biawak, bergerak dan mencari cara untuk menghidupkan kembali kerangka biawak dalam bentuk robot.
Dibantu oleh Dr. Donan Satria Yudha, mereka mulai mempelajari segala aspek tentang biawak, mulai dari cara berjalan, struktur tulang, hingga taksonominya. Tim ini bahkan merekam pergerakan biawak hidup untuk memahami pola geraknya secara lebih detail. Setelah itu, mereka melakukan CT scan pada kerangka biawak untuk membuat cetakan rangkanya.
2. Dari laboratorium ke mesin robot

Setelah semua data terkumpul, rangka biawak yang sudah dicetak dikirim ke University of Edinburgh. Di sana, tim Dr. Parvez mulai memasang mesin robot ke dalam kerangka tersebut. Kemudian, pada pertengahan Januari 2025, Eko dan Donan menerima kabar melalui sebuah video yang memperlihatkan bahwa cetakan rangka biawak berhasil berjalan, usai dipasang mesin necrobot.
Tidak berhenti sampai di situ, pada akhir Januari, Dr. Parvez kembali ke UGM untuk menyempurnakan proyek ini. Kali ini, mereka tidak lagi menggunakan cetakan, melainkan rangka asli biawak.
Proses ini melibatkan banyak pihak, mulai dari Dr. Donan, staf Museum Biologi UGM, hingga mahasiswa seperti Rashif Naufal Andika, Ananto Puradi Nainggolan, Maula Haqul Dafa, Arkanniti Dibyawedha Adisajjana, dan Afif Fatah Rizki.
Merangkai mesin robot ke dalam tulang asli biawak tentu jauh lebih rumit dibandingkan dengan cetakan. Struktur dan komposisinya berbeda, sehingga pemasangan mesin harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Namun, dalam waktu tiga hari, tim berhasil menyelesaikannya pemasangan mesin tersebut ke dalam rangka seekor biawak.
3. Dari proyek eksperimental ke ilmu pengetahuan baru

Setelah necrobot biawak ini berhasil dirakit, Dr. Parvez memutuskan untuk menghibahkannya ke Laboratorium Sistematika Hewan UGM. Robot ini bukan sekadar proyek eksperimental belaka, tetapi juga bisa menjadi alat pembelajaran baru bagi mahasiswa dan dosen.
“Bagi Fakultas Biologi kegiatan mempelajari dan merangkai necrorobot dari rangka biawak ini merupakan pengetahuan yang baru,” kata Eko seperti dilansir dari laman resmi UGM.
Ia berharap bahwa proyek ini bisa membuka pintu bagi eksplorasi lebih lanjut lainnya tentang bagaimana teknologi dan biologi ternyata bisa bersinergi untuk menciptakan sesuatu yang sebelumnya hanya ada di film-film fiksi ilmiah.