Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Ramalan Mengerikan dari Masa Lalu yang Terjadi di Dunia Modern

Nostradamus (history.com/Rainer Binder)
Intinya sih...
  • Morgan Robertson menulis novella Futility pada 1898, yang mirip dengan tenggelamnya RMS Titanic pada 1912, mencuri perhatian setelah kejadian sebenarnya.
  • Nostradamus meramalkan peristiwa-peristiwa kunci seperti revolusi dan peperangan besar di Eropa pada abad ke-16, menimbulkan ketakutan publik.
  • Novel H.G. Wells The World Set Free (1914) menggambarkan senjata atom dan reaksi berantai nuklir, mempengaruhi pengembangan bom atom nyata di masa depan.

Sejak berabad-abad lalu, tokoh-tokoh seperti Nostradamus dan Baba Vanga mencoba meramal peristiwa masa depan dengan cara mistis. Beberapa ramalan tersebut ternyata berkaitan dengan tragedi besar seperti serangan teroris dan bencana alam dahsyat. Di samping itu, tulisan fiksi seperti karya Morgan Robertson atau H.G. Wells pernah menggambarkan kejadian yang kemudian benar-benar terjadi di dunia nyata Mental.

Ramalan-ramalan ini memicu rasa kagum sekaligus ketakutan karena akurasinya yang menakjubkan. Dengan mengulas tujuh ramalan paling mengerikan, kita dapat melihat betapa kerapuhan manusia menghadapi gelombang peristiwa yang tak terduga. Berikut adalah daftar tujuh ramalan dari masa lalu yang terbukti terjadi di dunia modern.

1. Ramalan novelis Morgan Robertson tentang kapal Titan

ilustrasi kapal Titanic (commons.wikimedia.org/Teufelbeutel)

Pada tahun 1898, Morgan Robertson menulis novella berjudul Futility yang menceritakan tenggelamnya kapal bernama “Titan” setelah menabrak gunung es. Aksi kapal Titan dalam novelnya sangat mirip dengan bencana tenggelamnya RMS Titanic pada 15 April 1912, termasuk ukuran kapal dan minimnya sekoci penyelamat. Kemiripan ini menimbulkan kesan seolah Robertson telah meramal secara tepat apa yang akan terjadi belasan tahun kemudian.

Fakta bahwa “Titan” dalam cerita Robertson memiliki panjang, kapasitas penumpang, serta tanggal pelayaran yang nyaris sama dengan Titanic menambah keanehan ramalan ini. Setelah tenggelamnya Titanic, novel Futility yang awalnya kurang populer itu mencuri perhatian dan direvisi ulang dengan judul The Wreck of the Titan pada 1912. Kasus ini sering disebut sebagai contoh paling menakjubkan dari ramalan fiksi yang nyaris identik dengan peristiwa nyata.

2. Nostradamus memperkirakan kebangkitan Hitler dan Perang Dunia II

Adolf Hitler (commons.wikimedia.org/Heinrich Hoffmann)

Nostradamus, peramal asal Prancis abad ke-16, menulis kuatrain yang dianggap merujuk pada kebangkitan pemimpin ganas bernama “Hister”, yang identik dengan Hitler. Interpretasi kuatrain ini menekankan persilangan kata “Hister” dan “Hitler”, menunjuk pada peperangan besar di Eropa yang terjadi pada 1939–1945. Banyak sejarawan skeptis menilai interpretasi ini terlalu kabur, namun keyakinan publik menganggap ramalan Nostradamus salah satu yang paling menakutkan.

Kuatrain lain juga dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa kunci seperti revolusi, pembunuhan tokoh, dan penggulingan pemerintahan di Eropa. Meskipun gaya bahasanya puitis dan terbuka untuk berbagai tafsir, ramalan-ramalan ini tetap menarik perhatian selama masa perang dan pascaperang. Nostradamus kemudian menjadi simbol ramalan yang ambigu namun terkesan mengerikan bagi banyak kalangan.

3. Prediksi serangan 11 September oleh Nostradamus

serangan gedung kembar 11 September (commons.wikimedia.org/rds323)

Beberapa pihak percaya kuatrain Nostradamus menggambarkan “burung baja” yang menyerang menara kembar di New York pada 11 September 2001. Dilansir Live Science, ramalan tersebut muncul pascainsiden namun kerap dipresentasikan seolah ditulis jauh hari sebelum peristiwa. Namun, berdasarkan pemeriksaan Snopes, kuatrain yang diklaim itu adalah rekayasa belaka untuk menunjukkan bagaimana ramalan mistis dapat dibuat Snopes.

Snopes mengungkapkan bahwa tidak ada sumber asli Nostradamus yang secara eksplisit menyebutkan 9/11; ramalan tersebut dibentuk kemudian oleh penggemar teori konspirasi Snopes. Meskipun demikian, mitos ini terus beredar di internet dan media sosial, memicu diskusi tentang validitas ramalan kuno. Kasus ini memperlihatkan betapa mudahnya informasi palsu terkait ramalan dapat dipercaya publik.

4. H.G. Wells dan ramalan senjata Atom dalam The World Set Free

serangan bom Atom Jepang (commons.wikimedia.org/George R. Caron & Charles Levy)

Pada tahun 1914, H.G. Wells menerbitkan novel The World Set Free yang menggambarkan perang dunia dengan senjata atom berdaya hancur besar. Dalam ceritanya, bom atom terus meledak selama berminggu-minggu karena masa paruh unsur radioaktifnya yang panjang. Konsep ini muncul puluhan tahun sebelum bom atom nyata dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.

Novel Wells bahkan mempengaruhi ilmuwan Leó Szilárd yang mengembangkan teori reaksi berantai nuklir setelah membaca karyanya pada 1932. Meskipun detail teknis berbeda, ide dasar senjata nuklir yang mengejutkan dunia muncul dari fiksi Wells. Ramalan ini menjadi contoh fiksi ilmiah yang tak hanya menghibur, tetapi juga meramalkan realitas mengerikan masa depan.

5. Ramalan bencana Tsunami 2004 oleh Baba Vanga

imbas Tsunami 2004 (commons.wikimedia.org/Philip A. McDaniel)

Vangelia Pandeva Dimitrova atau Baba Vanga, peramal asal Bulgaria, diklaim meramalkan gelombang besar yang menimpa pantai pada Desember 2004. Ia menyebut “gelombang besar yang menutupi pantai, menelan manusia dan perkampungan”, yang kemudian sesuai dengan Tsunami Samudra Hindia pada 26 Desember 2004. Meskipun tidak terdokumentasi secara resmi, banyak saksi dan laporan media mengutip ramalan ini setelah bencana terjadi.

Selain tsunami, Baba Vanga juga dikatakan meramalkan peristiwa besar lain seperti serangan teroris 9/11 dan lahirnya ISIS. Kredibilitas ramalannya diperdebatkan karena sebagian berasal dari cerita lisan dan koran tabloid. Namun, bagi banyak pengikutnya, prediksinya sering benar dan menimbulkan kekaguman sekaligus ketakutan.

6. George Orwell dan prediksi negara pengawas dalam 1984

George Orwell (commons.wikimedia.org/Cassowary Colorizations)

Novel 1984 (1949) karya George Orwell menggambarkan pemerintahan totaliter yang memata-matai warganya melalui “Big Brother” dan telescreen. Konsep ini kini tercermin dalam praktik pengawasan massal seperti sistem kredit sosial di China. Orwell memperingatkan bahaya propaganda dan kontrol informasi yang meredam kebebasan berpikir rakyat.

Dalam novel tersebut, penduduk dipaksa mematuhi berita resmi dan dilarang berpikir kritis, mirip dengan algoritma filter gelembung media sosial saat ini. Praktik penyadapan data oleh perusahaan teknologi di negara barat juga dianggap menghidupkan kembali konsep telescreen Orwellian. Ramalan Orwell ini menjadi perhatian modern bagi pegiat privasi dan kebebasan berpendapat Stars.

7. Ramalan Efek Rumah Kaca oleh Svante Arrhenius

ilustrasi Efek Rumah Kaca (commons.wikimedia.org/Astroskiandhike)

Pada 1896, ilmuwan Swedia Svante Arrhenius membuat model yang menunjukkan peningkatan CO₂ atmosfer akan meningkatkan suhu bumi secara signifikan. Ia memprediksi pembakaran bahan bakar fosil dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim serius. Ini menjadi dasar ilmiah pertama bagi teori efek rumah kaca yang kini mendesak aksi mitigasi emisi.

Ramalan Arrhenius terbukti benar dengan tren kenaikan suhu global sejak era industri hingga saat ini. Konsepnya digunakan untuk membentuk kebijakan lingkungan dan protokol internasional seperti Paris Agreement. Ramalan ini menunjukkan bahwa sains dapat meramalkan ancaman eksistensial bagi umat manusia.

Di antara kisah-kisah mengerikan ini, kita belajar bahwa kadang imajinasi masa lalu dapat membayangkan realitas modern dengan tepat. Dari tenggelamnya kapal hingga ledakan nuklir, setiap prediksi membawa pelajaran tentang pentingnya sikap kritis dan kesiapsiagaan. Semoga wawasan tentang ramalan-ramalan ini membantu kita menghadapi tantangan masa depan dengan lebih bijak dan waspada.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us