Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda Seseorang Kecanduan Ikut Lomba Maraton, Kamu Juga?

ilustrasi pelari maraton di garis finish
ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Lari maraton memang punya daya tarik kuat. Sekali mencoba ikut race, rasanya susah untuk berhenti. Euforia saat lari di tengah ribuan peserta, semangat di garis start, dan rasa puas waktu menyentuh garis finish bikin ketagihan untuk ikut event berikutnya. Bahkan, ada yang sampai bikin jadwal race setahun biar gak ketinggalan vibe-nya.

Buat sebagian orang, maraton lebih dari sekadar olahraga. Ini sudah jadi gaya hidup, semacam ritual yang terus diulang. Waktu kosong langsung diisi mencari info lomba. Akhir pekan bukan buat rebahan, tapi untuk long run atau cari race out of town. Nah, ini dia lima tanda yang biasanya muncul saat seseorang sudah letagihan terjun dunia lomba maraton.

1. Selalu memberi tanda kalender buat event lari baru

ilustrasi pelari maraton di garis finish
ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Setiap melihat kalender, fokus ke tanggal race, bahkan sebelum satu event selesai, sudah berpikir mau daftar race lainnya. Notifikasi dari akun lomba lari selalu dinyalakan. Jadwal cuti pun diatur berdasarkan tanggal event, bukan liburan keluarga.

Buat yang sudah kecanduan maraton, musim race kayak kalender akademik. Ada pre-season, peak season, dan recovery week. Bahkan kadang ikutan dua race dalam sebulan tanpa ragu. Semua tanggal penting disesuaikan biar gak bentrok dengan lomba favorit. Scroll bukan cari diskonan, tapi cari info race baru. Pokoknya, gak ada slot kosong di kalender akhir pekan.

2. Punya koleksi medali dan jersey

ilustrasi pelari maraton di garis finish
ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Satu medali mungkin jadi kenang-kenangan., tapi kalau medali sudah sampai memenuhi dinding kamar atau jersey lomba numpuk di lemari, itu tanda kecanduan beneran. Beberapa pelari bahkan bikin rak khusus buat pamer medali tiap race. Setiap jersey punya cerita, ada yang dari race perdana, luar negeri, sampai yang didapat pas finish sambil hujan-hujanan. Semua disimpan rapi kayak kolektor barang langka. Bahkan warna jersey pun bisa bikin flashback ke suasana race tertentu. Buat pelari yang candu race, medali bukan cuma logam. Itu simbol perjuangan, memori, dan bukti konsistensi. Makin banyak, makin bangga.

3. Ngobrol selalu nyambung ke topik race

ilustrasi pelari maraton di garis finish
ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Kalau diajak ngobrol, topiknya pasti balik ke dunia lari. Mulai race terbaru, perbandingan rute, sampai curhat soal target personal best (PB) yang belum tercapai. Obrolan santai bisa berubah jadi diskusi serius soal race, energi gel, atau teknik long run.

Saat ngopi bareng komunitas lari juga isinya update jadwal race atau strategi latihan. Bahkan topik seperti “sub-5 atau sub-4 tahun ini?” sudah kayak target hidup. Semuanya dibahas intens, seakan finish time adalah identitas.

4. Rela traveling jauh demi satu event

ilustrasi pelari maraton di garis finish
ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Pelari maraton garis keras rela keluar kota atau luar negeri untuk ikut satu event hingga rela menabung atau ambil cuti panjang demi bisa finish di rute impian. Ada yang sampai bawa keluarga sekalian liburan, tapi fokus tetap ke garis finish.

Destinasi bukan dipilih karena wisata, tapi rute dan atmosfer race-nya. Kadang gak peduli usdah pernah ke kota itu atau belum, yang penting bisa lari di sana. Tiket, hotel, dan logistik race semua dirancang dari jauh-jauh hari.

5. Latihan gak pernah libur meski gak ada lomba

ilustrasi pelari maraton di garis finish
ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Lomba sudah kelar, tapi semangat latihan tetap jalan terus. Bangun pagi buat lari, long run tiap weekend, dan update strava kayak wajib harian. Gak ada lomba pun tetap latihan kayak ada race besar minggu depan. Buat pelari yang sudah kecanduan, latihan bukan beban. Justru jadi rutinitas yang bikin hidup lebih teratur. Bahkan saat cedera, tetap datang ke lokasi lari sekadar nonton teman-teman yang latihan. Kalau satu hari gak lari, rasanya ada yang kurang. Ini tanda kalau maraton sudah jadi bagian hidup, bukan sekedar hobi musiman.

Kecanduan ikut lomba maraton bukan hal negatif, selama tetap jaga kesehatan dan prioritas hidup. Justru buat banyak orang, maraton jadi sarana pengembangan diri, bikin hidup lebih tertata, dan punya tujuan jelas. Selama itu masih menyenangkan, terus lari sejauh mungkin!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us