Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2019, Ajang Kumpul Pecinta Film

Tempat berkumpulnya sineas dan pecinta film se-Asia!

Yogyakarta, IDN Times - Ajang tahunan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) kembali diadakan di Yogyakarta pada tanggal 19-23 November 2019. JAFF merupakan sebuah ajang festival film tahunan yang bisa melepas dahaga para pecinta film untuk bisa menonton film-film terbaik yang ada di Asia.

IDN Times berkesempatan untuk mengunjungi JAFF 2019 pada Kamis (21/11). Berikut liputan lengkapnya.

Baca Juga: Suka Film Horor, ini 5 Alasan Harus Nonton Doctor Sleep

1. Menjadi pusatnya screening film-film terbaik di Asia

Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2019, Ajang Kumpul Pecinta FilmPengunjung JAFF 2019 berfoto di halaman depan Empire XXI Yogyakarta -IDN Times/Rijalu Ahimsa

JAFF sendiri pertama kali diadakan pada tahun 2005. Berawal dari komunitas filmmaker Yogyakarta yang ingin membuat sebuah acara agar para sineas dari berbagai kota dan berbagai negara di Asia bisa berkumpul untuk saling menambah wawasan dan berdiskusi tentang perkembangan film di kota dan negara masing-masing.

JAFF terus berlanjut hingga di tahun 2019 ini menjadi acara ke-14 yang rutin diadakan tiap tahun di Yogyakarta. Acara ini juga menjadi sebuah wadah bagi para penikmat film yang ingin lebih banyak menonton karya-karya sineas hebat yang terkadang karyanya tidak ditayangkan di bioskop lokal.

"Jadi memang kita memutar film-film untuk memberikan akses (kepada) penonton Indonesia (agar bisa) menonton film-film dari Asia yang kemungkinan mereka tidak bisa tonton lagi di tempat lain (bahkan) di bioskop sekalipun," ucap Kamila Andini, Artistic Director JAFF 2019.

Film-film yang tayang pun bukan hanya film indie, namun juga film-film yang menjadi box office di negara asalnya, sehingga bisa menjadi hiburan para penikmat film sekaligus filmmaker untuk menambah referensi dan wawasan mereka dalam dunia film.

Tak sembarangan, film-film yang ditayangkan pun adalah hasil kurasi ketat dari 700 film dari Asia yang mendaftar kemudian diambil menjadi 117 film saja. Sebagian film juga diikutkan dalam kompetisi dan akan ada awarding bagi film-film dengan kategori tertentu pada akhir acara.

2. Lokasi utama dibagi menjadi dua tempat untuk memudahkan pengunjung

Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2019, Ajang Kumpul Pecinta FilmGedung LPP Yogyakarta, lokasi kegiatan non screening JAFF 2019 - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Acara yang berlangsung dari tanggal 19-23 November 2019 ini diadakan di dua tempat yaitu Empire XXI Yogyakarta sebagai tempat untuk screening film dan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta sebagai tempat untuk berbagai kegiatan non screening film seperti JAFF education, presentasi dari berbagai komunitas film di Indonesia, public lecture dengan para expertise, Jogja Future Project untuk mempertemukan para filmmaker baru dengan orang-orang di industri perfilman, hingga workshop film making dengan para profesional dari industri film dalam dan luar negeri. 

Harga tiketnya pun sangat terjangkau untuk masyarakat yang dibagi menjadi tiket terusan sebesar Rp300.000 yang bisa menonton film sepuasnya, tiket satuan yang dijual on the spot seharga Rp35.000/film, dan tiket film opening dan closing masing-masing Rp50.000. Penyelenggara juga kemungkinan akan membuka tiket untuk kelas Premiere dengan harga Rp50.000.

Sedangkan untuk kegiatan non screening film di LPP tarifnya menyesuaikan antara Rp100.000-Rp500.000 untuk JAFF education dan workshop tergantung sesi yang diikuti. Sedangkan kegiatan selain itu bisa diikuti secara gratis.

Tempat kali ini lebih ringkas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena penyelenggara ingin memudahkan para pengunjung untuk mendatangi setiap kegiatan yang berlangsung karena Empire XXI dan LPP adalah lokasi yang berdekatan dan bisa diakses dengan jalan kaki saja.

"Kebetulan tahun ini kita memang mencoba, biasanya memang selalu menyebar gitu di banyak titik. Tahun ini kita mencoba untuk kecil aja tapi memusat gitu, semuanya ada di Empire (XXI) (dan) ada di satu daerah ini, semua bisa terjangkau dengan jalan," tutur Andini.

"Saat ini peminatnya JAFF itu besar sekali, sedangkan permasalahan membuat festival film sebenarnya di Indonesia itu venue. Kita selain bioskop tidak ada venue yang bisa memutar film dengan proper, sound-nya bagus, proyektornya bagus gitu, dan kalau pun harus set up jadi sangat mahal gitu, kan," tambah Andini saat menjelaskan Empire XXI sebagai venue acara.

3. Para filmmaker Yogyakarta memprakarsai JAFF agar selalu ada tiap tahun

Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2019, Ajang Kumpul Pecinta FilmKamila Andini, Artistic Director JAFF 2019 - IDN Times/Rijalu Ahimsa

JAFF sendiri sudah 14 tahun lamanya tak pernah absen dilaksanakan. Yogyakarta selalu menjadi tempat melangsungkan JAFF karena para pencetus acara ini awalnya adalah para filmmaker asal Yogyakarta.

JAFF bisa terlaksana karena para filmmaker sangat kolektif untuk mengadakan festival film yang satu ini. Sebut saja sineas-sineas besar asal Yogyakarta seperti Garin Nugroho, Ifa Isfansyah, Yosep Anggi Noen, hingga Ismail Basbeth yang pernah berkontribusi agar acara ini selalu terlaksana dan juga para sineas dan komunitas film yang meskipun sedang tidak menjadi penyelenggara, mereka juga akan mendukung dengan ikut datang saat acara berlangsung. 

4. Antusias besar para pengunjung JAFF 2019

Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2019, Ajang Kumpul Pecinta FilmPengunjung JAFF 2019 memadati halaman depan Empire XXI Yogyakarta, Kamis (21/11) - IDN Times/Rijalu Ahimsa

JAFF 2019 sendiri disambut baik oleh masyarakat, buktinya di acara opening saat hari pertama sebanyak 1.400 pengunjung tercatat menghadiri acara ini. Bahkan di hari kedua acara ini berlangsung, sebanyak 3.000 orang bisa datang mengunjungi JAFF 2019. Andini pun mengatakan bahwa energi terbesar mengapa JAFF selalu ada adalah dari antusias penonton.

"Mereka yang sebenarnya bikin kita juga gak bisa gak bikin JAFF ini. Jadi terus ada karena antusiasme mereka, karena keinginan mereka untuk mengenal budaya lain, mencari referensi dari film-film lain di seluruh dunia, karena kehausan mereka atas film-film yang tidak didistribusikan di Indonesia," ucap Andini. 

5. Pengunjung datang dari kota-kota besar Indonesia

Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2019, Ajang Kumpul Pecinta FilmAnya dan Olivia, pengunjung JAFF dari UDINUS Semarang - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Tak hanya masyarakat Yogyakarta saja yang menghadiri JAFF 2019, namun dari kota-kota besar lainnya juga khusus datang ke kota gudeg untuk menikmati acara ini. Anya dan Olivia, dua mahasiswi asal Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang yang khusus hadir selama 4 hari untuk mengikuti acara ini.

Mereka berdua adalah mahasiswi prodi Film dan Televisi UDINUS Semarang yang direkomendasikan oleh dosen-dosen yang ada di kampus untuk datang ke JAFF guna menambah referensi film mereka. Tak tanggung-tanggung satu angkatan kampus mereka datang jauh-jauh ke Yogyakarta untuk JAFF tahun ini.

"Pertama karena kita kan dari mahasiswa film (dan) TV UDINUS Semarang, terus kayak disuruh sama direkomendasiin dosen-dosen supaya buat pengalaman juga ke festival film gitu mumpung Asia kan besar," ucap Anya saat kami wawancarai.

"Kemarin itu niatnya mau nonton Abracadabra tapi karena telat kita akhirnya belum dapat kesempatan buat nonton, terus kita nonton Light of Asia yang film-film pendek itu sama aku nonton Ode to Nothing," tambah Anya saat menceritakan film yang sudah ditontonnya.

"Kalau saya nonton Susi Susanti, dan hari ini kita mau nonton Love for Sale tapi waiting list," timpal Olivia menceritakan film yang sangat ingin mereka tonton di JAFF 2019.

Dari berbagai film dan kegiatan yang diselenggarakan, JAFF 2019 menjadi salah satu acara yang wajib didatangi bagi para penikmat film dan para filmmaker. Tidak hanya sebagai hiburan semata, namun juga untuk menambah wawasan dan relasi dalam dunia perfilman.

Baca Juga: INFOGRAFIS: 10 Film Horor Indonesia Terlaris di Tahun 2019

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya