Warga Dirikan Posko, TPST Piyungan hanya Dibuka Bagi Warga Sekitar 

Sawah di TPST Piyungan tak lagi produktif  

Bantul, IDN Times - ‎Aksi penolakan pembuangan sampah ke TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Piyungan, memasuki hari ketiga. Warga masih menutup jalan dan hanya memperbolehkan pembuangan sampah bagi warga yang tinggal di sekitar TPST Piyungan.       

1. Akses jalan hanya dibuka bagi pembuangan warga sekitar

Warga Dirikan Posko, TPST Piyungan hanya Dibuka Bagi Warga Sekitar Warga sekitar TPST Piyungan diberi akses keluar masuk.(IDN Times/Daruwaskita)

Koordinator aksi Banyakan Menolak, Banyakan Melawan, Herwin Arfianto mengatakan akses pintu masuk yang sebelumnya ditutup dengan batu kali, kini mulai disingkirkan separuh jalan. Warga saat ini mendirikan tenda penjagaan di pintu masuk ke TPST Piyungan.

"Warga berjaga gantian selama 24 jam. Truk yang membawa sampah diputar balik semuanya," ujarnya, Senin (9/5/2022).

2. Pembukaan jalan menunggu kesepakatan dari Pemda DIY

Warga Dirikan Posko, TPST Piyungan hanya Dibuka Bagi Warga Sekitar Warga blokir akses jalan menuju TPST Piyungan, Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Tak hanya pembuangan sampah bagi warga, jalan dapat dilalui untuk aktivitas penduduk. "Kita buka separuh untuk akses warga tinggal di TPST Piyungan," terangnya.‎

Herwin menuturkan belum mengetahui kapan penutupan jalan akan diakhiri. Namun warga menyepakati pembukaan, jika terdapat solusi. 

"Namun sekali lagi harus ada catatan hitam di atas putihnya," tuturnya.

Baca Juga: Warga Banyakan Bantul Desak TPST Piyungan Ditutup Permanen

3. Sejak puluhan tahun, petani di sekitar tempat pembuangan sampah tak bisa menamam padi

Warga Dirikan Posko, TPST Piyungan hanya Dibuka Bagi Warga Sekitar ilustrasi sungai yang tercemar (pexels.com/JawadurRahmanSrijon)

Salah seorang petani di Padukuhan Banyakan III, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Paimo mengatakan dampak adanya pembuangan sampah membuat dampak air saluran irigasi berwarna hitam pekat selama 28 tahun. Akibatnya petani tak lagi dapat  menanam padi saat musim hujan karena luapan air berwarna hitam masuk ke sawah.

"Air berwarna hitam pekat masuk ke sawah, itu berlangsung selama 28 tahun," katanya.

Akibatnya petani tak bisa menanam padi, sawah terpaksa hanya untuk rumput kolonjono.  yaitu pakan ternak. "Ya tidak lagi produktif, gak bisa ditanami padi," terangnya.‎

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya