Busyro Nilai Pencatutan Muhammadiyah dalam Teror Kategori Ecek-Ecek
Peneror diskusi mengaku anggota Muhammadiyah Klaten
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times -Pengurus Pusat Muhammadiyah mengomentari pencatutan nama Muhammadiyah Klaten dalam teror terhadap panitia penyelenggara diskusi "Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan".
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM serta Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik, Busyro Muqoddas, mengatakan pencatutan itu merupakan cara kerja rendahan, dengan melancarkan teror yang tak berkelas.
"Itu cara-cara PAUD yang menunjukkan kerja yang ecek-ecek," ujar Busyro di Ruang Sidang Kampus UII, Jalan Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta, Sabtu (30/5).
Dekan Fakultas Hukum UGM Sigit Riyanto dalam keterangan tertulisnya menyebut mahasiswa dari Constitutional Law Society (CLS) UGM sebagai penyelenggara diskusi mendapat pesan teks bernada ancaman. Salah satunya mengatasnamakan ormas Muhammadiyah Klaten.
Baca Juga: Buntut Teror Rumah Guru Besar, Rektor UII Minta Polisi Usut Tuntas
1. Teror berlapis murahan
Busyro menambahkan teror yang ditujukan ke CLS serta Guru Besar Hukum Tata Negara UII Nimatul Huda selaku narasumber diskusi, diklasifikasikan sebagai teror berlapis.
"Lapisan pertama, itu dunia kampus yang diteror secara verbal, Bu Nima (Nimatul) malam-malam itu malah tidak verbal. Fisik dalam arti bangunan rumahnya. Nah kemudian terorizing level kedua itu level PAUD, bukan hanya TK, tapi level PAUD," katanya.
Teror lapis kedua yang mengatasnamakan Muhammadiyah adalah suatu bentuk kecerobohan peneror. Pasalnya, lanjut dia, Muhammadiyah terlanjur dikenal dengan latar belakangnya, pencerahan dalam pendidikan. Ribuan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi tersebar di seluruh Indonesia adalah buktinya.
"Muhammadiyah itu sangat menghargai dunia akademik, karena itu dunianya Muhammadiyah. Jadi, menarik nama Muhammadiyah, Klaten apalagi, itu cara-cara PAUD yang menunjukkan kerja yang ecek-ecek. Terorrizing yang pertama itu ecek-ecek, yang kedua ecek-ecek," ujar Busyro menegaskan.
Baca Juga: Rumah Guru Besar UII Diteror, Diduga Terkait Acara Diskusi