Akumulasi Gas Bertekanan Besar, Pemicu Erupsi Merapi
Nihil tanda deformasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Gunung Merapi kembali erupsi, Selasa (3/3) pukul 05.22 WIB. Erupsi kali ini memicu munculnya kolom letusan setinggi 6 ribu meter. Kolom letusan kali ini merupakan yang tertinggi sepanjang awal 2020 ini.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida menjelaskan, erupsi pagi ini disebabkan pemicu yang sama seperti erupsi sebelumnya, yaitu adanya akumulasi gas .
Baca Juga: Merapi Erupsi Selama 7,5 Menit, Guguran Mengarah ke Kali Gendol
1. Akumulasi gas
Menurut Hanik, erupsi yang terjadi pada pagi ini dipicu adanya akumulasi gas dari dalam gunung. Namun, dengan tekanan lebih besar.
"Erupsi ini masih seperti kemarin karena dominan gas. Tapi ada magmatisnya. Kalau dulu kan freatik, gas murni tidak ada material magmatis. Ini kan sudah sejak bulan agustus 2018 sudah keluar magmanya. Tapi masih dominan gas. Tekanan gasnya lebih besar dari yang kemarin," kata Hanik di kantornya, Yogyakarta, Selasa (3/3).
Menurut Hanik, letusan yang terjadi hari ini dapat dikategorikan sebagai eksplosif. Atau jenis letusan yang proses keluarnya magma ke permukaan adalah dengan ledakan buntut dari tekanan gas yang sangat kuat.
"Ini masuk eksplosif. Dari kemarin eksplosif. Dari bulan September sampai Februari 2018 juga eksplosif. Jadi eksplosif itu erupsi yang dominan gas. Gasnya dari proses intrusi magma," sambung dia.
Baca Juga: Kumpulan Video Erupsi Merapi, Hujan Pasir Terjadi di Boyolali