TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pakar UGM: 80 Persen Penduduk Kemungkinan Sudah Terpapar Varian Delta

Vaksinasi mengurangi tingkat keparahan

ilustrasi seorang pasien (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Sleman, IDN Times - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Citra Indriani mengungkapkan, kemungkinan besar sekitar 80 persen penduduk Indonesia sudah terinfeksi oleh varian Delta. Hal ini membuat jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia saat ini mengalami penurunan drastis lantaran terbentuknya imunitas kelompok secara alamiah, di mana tubuh memiliki antibodi yang spesifik untuk strain virus tertentu.

“Infeksi COVID-19 lebih dari 50 persen adalah asimtomatis, mungkin 80 persen penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta," katanya.

Namun demikian, sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain. Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa diandalkan apabila kita kedatangan strain yang baru.

Baca Juga: Pakar UGM: Varian Delta Plus Belum Terbukti Lebih Ganas

1. Program vaksinasi minimalkan keparahan

Ilustrasi antrean untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Citra, menjelaskan selain faktor imunitas alamiah pasca terinfeksi terbentuk, program vaksinasi yang digencarkan pemerintah turut berperan besar dalam mencegah keparahan saat terinfeksi COVID-19. Saat ini, vaksinasi di Indonesia sudah menyentuh angka 208 juta penduduk untuk dosis pertama dan 88 juta di antaranya sudah mendapat dosis vaksin lengkap.

“Vaksinasi terutama lansia bisa berperan untuk mitigasi bentuk parah infeksi SARS-CoV 2. Kalaupun gelombang 3 terjadi, sistem kesehatan kita tidak lagi menghadapi kasus-kasus berat yang jumlahnya ribuan setiap harinya,” katanya.

2. Kebijakan pembatasan Nataru tepat dilakukan

Ilustrasi physical distancing di Bandara Soekarno-Hatta (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Menurut Citra, meski saat ini kasus positif baru setiap hari rata-rata kurang dari 400 kasus, namun menurutnya kebijakan pembatasan mobilitas dengan penerapan PPKM level 3 saat jelang Natal dan tahun baru tepat dilakukan. Pembatasan mobilitas melalui penerapan PPKM level 3 jelang Natal dan tahun baru merupakan bagian dari bentuk pengendalian agar tidak terjadi penularan secara masif.

“Meskipun kita batasi, mobilitas tetap terjadi, namun tidak semasif apabila tidak diberlakukan pembatasan. Pembatasan kerumunan dan mobilitas sudah sesuai dengan pembelajaran sebelumnya bahwa gelombang kita diawali pada periode Natal-tahun baru serta lebaran, apalagi di negara-negara tetangga saat ini sedang mengalami gelombang delta varian AY.4.2,” jelasnya.

Baca Juga: Pakar UGM Sebut 3 Pemicu Bencana  Hidrometeorologi

Berita Terkini Lainnya