Pakar UGM Sebut 3 Pemicu Bencana  Hidrometeorologi

Kegiatan manusia jadi pemicu terjadinya bencana 

Sleman, IDN Times - Memasuki musim hujan, sejumlah wilayah di Indonesia dilanda banjir dan tanah longsor. Hatma Suryatmojo, pengamat Hidrologi Hutan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Ekosistem Universitas Gadjah Mada (UGM) menjabarkan faktor hidrologi dan aktivitas manusia menjadi pemicu terjadinya bencana. 

1. Kegiatan manusia jadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi

Pakar UGM Sebut 3 Pemicu Bencana  HidrometeorologiIlustrasi dampak banjir bandang (ANTARA FOTO/Eben Heisei/Mohamad Hamzah)

Hatma menjelaskan faktor hidrologis disebabkan adanya perubahan kondisi suatu wilayah akibat perubahan iklim, anomali cuaca seperti hujan dengan intensitas tinggi, badai  dan  siklon tropis, hujan monsoon, gelombang pasang hingga tanggul dan dam jebol.

Sedangkan faktor aktivitas manusia, terjadi akibat kebutuhan melakukan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam, termasuk sumber daya hutan.

“Beberapa kegiatan tentu menjadi pemicu, seperti pembukaan lahan hutan, perubahan fungsi lahan, deforestasi, perkembangan urbanisasi dan penyempitan tubuh air (sungai) akibat kebutuhan pemukiman," ungkapnya pada Senin (8/11/2021).

Baca Juga: Peneliti UGM Sebut 4 Pemicu Kecelakaan di Jalan Tol 

2. Deforestasi turut menyumbang bencana

Pakar UGM Sebut 3 Pemicu Bencana  Hidrometeorologiunsplash.com

Deforestasi turut menyumbang dan menjadi salah satu faktor pemicu kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan luas deforestasi Indonesia pada periode 2019-2020 seluas 115,5 ribu hektare. Periode tahun 2018-2019 deforestasi mencapai 462,5 ribu hektare.

Tahun 2017-2018, angka deforestasi mencapai sebesar 439,4 ribu hektare, sedangkan 2016-2017, angkanya mencapai 480 ribu hektare. Pada periode 2015-2016, menjadi tahun yang memiliki angka deforestasi tertinggi dalam enam tahun terakhir, yaitu sebesar 629,2 ribu hektare.

“Artinya secara total dalam kurun waktu 6 tahun, angka deforestasi mencapai 2,1 juta hektare. Meski begitu cukup wajar juga bila ada pernyataan laju deforestasi mengalami penurunan, namun kejadian bencana hidrometeorologi masih tinggi," katanya.

Selain itu, terjadi banyak faktor fisik alami yang dapat berpotensi menjadi pemicu kejadian bencana hidrometeorologis, antara lain topografi dengan kemiringan lereng yang tinggi dan curah hujan ekstrem lebih dari 100 mm.

3. Daerah aliran sungai perlu perhatian khusus

Pakar UGM Sebut 3 Pemicu Bencana  HidrometeorologiIlustrasi pasca-banjir bandang (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Hatma menyebutkan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang seharusnya untuk melindungi kawasan di bawahnya, banyak diubah menjadi kawasan produksi seperti untuk pemukiman, budi daya intensif. Hal ini akan berdampak pada penurunan fungsi kawasan hulu. Untuk itu, diperlukan perhatian secara khusus terhadap perubahan daerah hulu DAS yang memiliki peran penting sebagai fungsi lindung yang dibantu oleh peran hidrologi dari kawasan bervegetasi, yaitu hutan. 

"Semua individu wajib sadar bahwa manusia tinggal di dalam wilayah DAS. Tidak ada sejengkal tanah pun di daratan bumi yang tidak termasuk dalam wilayah DAS. Karenanya wajib memahami peran manusia sebagai warga DAS dengan melakukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam wilayah DAS sesuai dengan fungsi kawasan dalam DAS," terangnya.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya