Tahan Puluhan Tahun, Antraks Perlu Penanganan Khusus
Terlebih di daerah yang sudah endemis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Berbeda dengan penyakit lainnya yang langsung hilang ketika sudah menyerang, spora pada antraks bisa bertahan di daerah yang sudah terdampak hingga puluhan tahun lamanya.
Di DI Yogyakarta sendiri, kasus antraks bukan sekali ini terjadi, namun sudah berulang kali. Wilayahnya pun menyebar, mulai dari di Gunungkidul, Sleman, Kulon Progo hingga ke Bantul.
Baca Juga: Puluhan Warga Kabupaten Gunungkidul Positif Terkena Antraks
1. Kesadaran penanganan terhadap hewan ternak mati mendadak perlu ditingkatkan
Penyakit antraks merupakan penyakit yang bersumber dari binatang, dan bukan merupakan penyakit yang menular dari manusia ke manusia. Dr drh Widagdo Sri Nugroho, Pakar Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebutkan, antraks ini bisa menular karena adanya kontak langsung dengan hewan yang sakit atau daging hewan yang terkontaminasi, atau pun mengkonsumsi daging hewan yang terkontaminasi spora antraks.
Berbeda dengan penyakit lainnya, spora antraks bisa bertahan di tanah yang sudah terkontaminasi hingga puluhan tahun, sehingga sangat perlu kesadaran bagi masyarakat untuk bisa menangani dengan tepat.
"Kebanyakan masyarakat masih eman jika ada sapi atau hewan ternak lain yang mati mendadak. Biasanya malah memilih untuk menjual dengan harga murah atau segera disembelih dan dibagikan ke tetangga. Padahal jika sapi tersebut terpapar antraks, maka akan menular ketika dikonsumsi," ungkapnya pada kepada wartawan pada Sabtu (18/1).
Baca Juga: 9 Hewan Ternak Di Gunungkidul Mati Mendadak, Diduga Terjangkit Antraks