TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mahasiswa UNY Ciptakan Batu Bata Tahan Gempa dari Ampas Tebu 

Bentuk segi enam diklaim lebih lebih baik hasilnya

Mahasiswa UNY ciptakan batu bata dari ampas tebu. Dok: Humas UNY

Sleman, IDN Times - Sekelompok mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat batu bata tahan gempa dari bahan ampas tebu limbah pabrik gula Madukismo di Bantul, DI Yogyakarta. Mereka terdiri dari Rania Nova Dechandra, mahasiswa Prodi Matematika, Siti Vera Lestari dan Wahyuni Eka Maryati Prodi Pendidikan Matematika.

Ide batu bata ini tercipta lantaran melihat kondisi Indonesia yang sangat rawan terhadap gempa serta melimpahnya jumlah ampas tebu, sehingga perlu dilakukan pemanfaatan.

Baca Juga: Ringankan Beban Ekonomi Mahasiswa, UNY Siapkan 5 Skema Pembayaran UKT 

1. Ampas tebu bisa dimanfaatkan sebagai pengganti semen

Mahasiswa UNY ciptakan batu bata dari ampas tebu. Dok: Humas UNY

Rania menjelaskan alasan dipilihnya ampas tebu sebagai bahan batu bata tahan gempa. Selain jumlahnya yang melimpah, abu dari ampas tebu juga mengandung sejumlah senyawa yang bisa digunakan sebagai bahan pengganti semen.

Dia menjelaskan, persentase kandungan senyawa di dalam abu ampas tebu sebelum dilakukan pembakaran adalah 53 persen silika (SiO2) , 4,3 persen Al2O3, 7,5 persen Fe2O3, 6,6 persen CaO, dan 28,6 persen senyawa lain-lain. Sedangkan, setelah dilakukan pembakaran abu ampas tebu pada suhu 600 C selama 2 jam, didapatkan hasil bahwa abu ampas tebu mengandung 71 persen silika. Menurut American Standart for Testing Material (ASTM), kandungan silika harus memenuhi syarat di atas 70 persen agar memenuhi syarat sebagai bahan bangunan.

“Abu ampas tebu ini banyak mengandung senyawa silika (SiO2) yang dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi pencampuran semen dan air sehingga dapat menghasilkan zat perekat seperti semen,” katanya pada Selasa (9/6).

2. Gunakan bentuk segienam

Mahasiswa UNY ciptakan batu bata dari ampas tebu. Dok: Humas UNY

Vera Lestari memaparkan, dalam pembuatan batu bata tahan gempa tersebut pihaknya menggunakan bentuk segi enam atau heksagonal. Hal ini dikarenakan secara matematika bentuk heksagonal memerlukan lahan lebih hemat 13 persen dan menghasilkan populasi lebih banyak sekitar 15 persen dibanding bentuk segi empat.

“Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bentuk heksagonal memberikan hasil yang lebih baik dibanding bentuk segi empat. Bentuk segi enam yang disusun bersama-sama mempunyai tingkat kerekatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh simetri putar segienam yang berjumlah enam buah," terangnya.

Baca Juga: Mahasiswa UNY Manfaatkan Limbah Pisang Ambon untuk Bahan Tepung Pektin

Berita Terkini Lainnya