TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

SUMONAR 2019: Saat Kota Yogyakarta Bercerita Lewat Seni Video Mapping

Wow, video dan art light bikin hidup gedung-gedung tua!

IDNTimes/Holy Kartika

Yogyakarta, IDN Times - Kekayaan seni yang dimiliki Yogyakarta memang sudah tak diragukan lagi. Bukan hanya seni rupanya, tetapi juga seni video mapping yang dikemas dalam Sumonar Festival 2019 yang berpusat di kawasan Titik Nol Kilometer Yogya.

Sejak dibuka 26 Juli lalu, festival video mapping yang sebelumnya bernama Jogja Video Mapping Project (JVMP) ini memang selalu menjadi pertunjukkan yang mampu menyita perhatian masyarakat dan wisatawan Yogyakarta.

Festival Director SUMONAR, Ari Wulu mengatakan Sumonar merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu Sumon dan Sumunar. Sumon sendiri memiliki arti mengumpulkan, sementara Sumunar memiliki makna bercahaya.

Lalu seperti apa dan apa saja yang bisa kamu nikmati di festival ini?

Baca Juga: ARTJOG MMXIX Telah Dibuka, Ini Daftar Kegiatan yang Bisa Kamu Ikuti! 

1. Hidupkan ruang kota dengan pertunjukan video dan art light

IDNTimes/Holy Kartika

Atmosfer seni di Yogyakarta memang selalu menarik untuk dinikmati dan diabadikan. Video mapping di Yogyakarta sudah didengungkan sejak lama oleh para seniman. Seni ini kali pertama ditampilkan 2013 lalu dan disajikan sebagai bagian dari Festival Kesenian Yogyakarta yang kini bernama Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY).

"Sumonar sendiri adalah upaya untuk menjawab kegelisahan manusia atas ruang kota yang dihuninya melalui pertunjukan video dan instalasi seni yang interaktif," ungkap Ari, Jumat (2/7).

Apabila selama ini bangunan, tembok, pagar, jembatan, gedung, monumen, dan bangunan lain yang biasanya dianggap sebagai penghalang. Bahkan kadang sama sekali tidak dianggap menjadi terlihat, dalam festival ini, bangunan tersebut memiliki fungsi baru atau fungsi lain.

2. Festival video mapping kelas internasional

IDNTimes/Holy Kartika

Ari menambahkan video mapping tidak hanya membahas tentang bagaimana proses penciptaan video. Akan tetapi, di dalamnya juga terdapat ilustrasi musik, 3D desain, arsitektural, script writing dan masih banyak lagi. Seni ini begitu kompleks dan merupakan penggabungan beberapa kreativitas seni.

Selama 5 tahun diperkenalkan pada publik Yogyakarta, dengan nama JVMP, festival ini mulai mendapatkan apresiasi masyarakat luas. Namun, nama JVMP belum bisa membawa festival ini untuk dapat ditampilkan lebih luas ke dunia internasional.

"Maka dari itu, dengan berganti nama menjadi Sumonar, membuat festival ini menjadi festival video mapping pertama di Indonesia berskala internasional," ungkap Ari.

3. My Place, My Time tampilkan kota yang bercerita

IDNTimes/Holy Kartika

Festival ini menampilkan art video yang dikemas dalam video mapping yang ditampilkan atraktif di ruang terbuka. Salah satu seni yang mengkombinasikan video dan art light festival ini sudah cukup marak sejak 10 tahun terakhir.

Ari menjelaskan Sumonar Festival 2019 mengusung tema My Place, My Time yang menjadi sebuah kisah kota yang sedang bercerita tentang dirinya. Dalam tema ini ada dua frasa yang tersirat.

"Prasa yang pertama adalah kami di sini hari ini, dan yang kedua adalah kami melihat kota ini dari sudut pandang sendiri. Kota ini terbentuk dari akibat penguasanya, pemerintahnya, senimannya, pelajarnya dan semua lapisan masyarakat yang ada di kota ini. Biasanya suatu kota terwujud setelah konstelasi besar, yang mana mampu membuat kota menjadi seperti ini," jelas Ari.

4. Diramaikan seniman lokal dan internasional

IDNTimes/Holy Kartika

Festival video mapping ini masih akan berlangsung hingga 5 Agustus 2019. Berlokasi di Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, seni artistik ini akan menampilkan video dan art light berlatar Museum Bank Indonesia, Kantor Pos Yogyakarta dan bangunan-bangunan otentik di sekitarnya.

Ketua JVMP, Raphael Dony menambahkan selama 11 hari penyelenggaraannya, tidak hanya seniman-seniman asal Indonesia saja yang akan menyuguhkan karya dalam bentuk pertunjukan video maupun instalasi. Ada beberapa seniman yang berasal dari Makau dan Filipina siap berkontribusi dalam festival ini.

"Para seniman yang berasal dari luar Indonesia akan membawa perspektif mereka tentang kotanya masing-masing, yang direalisasikan ke dalam karya yang akan ditampilkan dalam Sumonar 2019," jelas Dony.

Baca Juga: Ingin Lihat Pameran ARTJOG MMXIX, Perhatikan Dulu Tata Tertib Ini, Ya!

Berita Terkini Lainnya