TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

RS Rujukan Penuh, Nonrujukan di Bantul Bersiap Terima Pasien COVID-19

RS rujukan kekurangan nakes untuk tambah bed

Ilustrasi Ruang Isolasi. IDN Times/Sunariyah

Bantul, IDN Times - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bantul menyatakan bed isolasi pasien COVID-19 di seluruh rumah sakit rujukan sudah penuh. Tak ada lagi tempat tidur yang tersisa untuk pasien COVID-19 dengan gejala sedang dan ringan. 

Untuk itu, pihaknya tengah mengupayakan agar RS nonrujukan dapat menerima pasien COVID-19 atau menjadi RS rujukan.

Baca Juga: BOR COVID-19 di DIY Capai 80 Persen: Bed Nambah, Nakesnya yang Kurang

1. RS UII sudah bersedia menerima pasien COVID-19

Juru bica Gugus Tugas Percepatan Penanganan Infeksi COVID-19, Bantul, dr. Sri Wahyu Joko Santosa. IDN Times/Daruwaskita

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bantul, dr. Sri Wahyu Joko Santosa mengatakan sudah ada rumah sakit nonrujukan yang bersiap untuk menerima pasien COVID-19.

"Jadi RS UII yang berada di Pandak sudah bersedia menyiapkan empat ruangan untuk perawatan pasien positif COVID-19," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (31/12/2020).

"Arahan dari Dirjen Yankes Kemenkes juga meminta semua daerah untuk memaksimalkan rumah yang ada untuk melayani pasien COVID-19," tambahnya lagi.

2. RS rujukan yang penuh akan melakukan kohorting pasien COVID-19

RSUD Penembahan Senopati Bantul salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 yang penuh pasien COVID-19.IDN Times/Daruwaskita

Menurut Oki, sapaan akrab Sri Wahyu Joko Santosa, rumah sakit rujukan yang saat ini sudah penuh di antaranya RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan 18 tempat tidur, RSPAU Hardjolukito dengan 40 tempat tidur, RS Elisabeth empat tempat tidur, RS Rajawali Citra dan RS Nur Hidayah masing-masing empat tempat tidur, serta Rumah Sakit Lapangan Khusus COVID-19 sebanyak 50 tempat tidur.

"Jadi kalau memang pasien yang akan masuk namun tempat tidur penuh maka rumah sakit akan melakukan kohorting, yakni pasien yang sudah tidak bergejala akan dikeluarkan dari ruang isolasi dan dipindah ke bangsal yang sesuai, tentunya terpisah dengan pasien umum. Nah tempat tidur yang kosong akan di tempat oleh pasien lain (pasien tunggu) yang butuh perawatan di ruang isolasi," ujarnya.

Oki mengatakan, rumah sakit rujukan yang sudah menambah kapasitas tempat tidur, seperti RSUD Panembahan Senopati Bantul dan RSPAU Hardjolukito, melakukan pemindahan nakes dari bagian lain untuk merawat pasien COVID-19, mengingat kebutuhan tenaga medis masih tinggi.

"Kebutuhan atau jumlahnya saya tidak tahu persis karena yang menghitung kebutuhan nakes ada di bagian Yankes. Namun demikian RSPAU Hardjolukito yang mengajukan tambahan 40 nakes hanya diberi tambahan 12 nakes oleh Pemda DIY," ungkapnya.

3. Rumah isolasi desa dan dusun akan diaktifkan kembali

Gedung karantina untuk pendatang dan pemudik di Desa Sumbermulyo. IDN Times/Daruwaskita

Lebih lanjut, Oki mengatakan lonjakan kasus positif COVID-19 yang tinggi di Bantul saat ini didominasi pasien asimptomatik atau tanpa gejala (OTG), serta bergejala ringan. Mereka umumnya melakukan isolasi mandiri pada shelter khusus atau rumah sakit lapangan. Namun, shelter di Sumbermulyo dengan kapasitas 15 tempat tidur sudah penuh, sedangkan shelter di Niten dari 100 tempat tidur sudah terisi hampir 70 persen.

"Jadi kalau rumah sakit rujukan penuh dan shelter juga penuh maka pasien positif COVID-19 kategori OTG ataupun bergejala ringan bisa melakukan isolasi mandiri di wilayahnya. Seperti memanfaatkan rumah isolasi yang disiapkan oleh pemerintah desa atau padukuhan. Jadi kita seperti kembali saat awal pandemik terjadi di Indonesia," terangnya.

Baca Juga: 2 Hari Berturut-turut Tambahan Kasus COVID di DIY Buat Rekor Baru  

Berita Terkini Lainnya