Konflik Dualisme, PPP Daerah Trauma Kenangan Buruk 2019
DPW PPP DIY fokus ke Pemilu 2024
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Situasi saling klaim antara dua kubu di pucuk pimpinan PPP menghadirkan perasaan traumatik bagi internal partai berlambang ka'bah tersebut di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ketua DPW PPP DIY Muhammad Yazid mengatakan, pihaknya tak ingin partainya dilanda dualisme kepemimpinan seperti saat 2019 silam.
Baca Juga: Diberhentikan, Suharso Melawan: Saya Masih Ketua Umum PPP!
1. Trauma kenangan buruk
Pada 2019 lalu, terdapat dua kubu yang sama-sama mengklaim kepemimpinan PPP. Yakni, PPP di bawah komando Humphrey Djemat - yang disebut sebagai PPP Muktamar Jakarta gagasan Djan Faridz - dan kubu lain dengan Muhammad Romahurmuziy sebagai ketua umumnya.
Puncaknya, kedua kubu ini mendeklarasikan dukungan kepada dua pasangan calon presiden 2019 yang berbeda. PPP versi Humphrey Djemat ada di sisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sementara Romahurmuziy di barisan petahana Joko Widodo.
"Kita prihatin dengan kondisi semacam ini. Kami traumatik lah dengan perpecahan di 2019 dulu. Jadi DIY tidak mau ada kubu-kubuan, tidak mau ada faksi-faksian, (PPP) DIY hanya satu," kata Yazid saat dihubungi, Jumat (9/9/2022).
PPP kemudian memutuskan untuk islah Desember 2019 saat kepemimpinan kubu Romahurmuziy dipimpin oleh Suharso Monoarfa.
Baca Juga: Menkumham Tunjuk Mardiono Jadi Plt Ketua Umum PPP