TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mafindo: Ratusan Hoaks dan Teori Konspirasi COVID-19 Bikin Sesat

Penyebaran infodemi berbahaya, polisi harus turun tangan

ilustrasi hoax (IDN Times/Sukma Shakti)

Yogyakarta, IDN Times – Klaim Hadi Pranoto sebagai profesor yang menemukan obat COVID-19 dalam sebuah unggahan video berbuntut panjang. Video itu hasil wawancara artis Anji lewat akun kanal Youtube-nya Dunia Manji dengan Hadi.

Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai video itu mengandung informasi sesat. Persoalannya, video yang bikin gaduh publik itu sudah ditonton ratusan orang dalam waktu singkat.

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutnya sebagai infodemi. Deretan informasi bohong yang terjadi selama pandemi. Publik di Indonesia juga menjadi korbannya. Infodemi berdampak buruk bagi masyarakat karena mengganggu upaya penanganan pandemi.

“Butuh keseriusan bersama untuk menangkalnya,” kata Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho dalam siaran pers yang diterima IDN Times, 3 Agustus 2020.

Baca Juga: 5 Kontroversi Anji, dari Debat KPop Sampai Obat COVID-19

1. Infodemi seputar COVID-19 mulai dari hoaks hingga teori konspirasi

Peneliti Hadi Pranoto menunjukkan ramuan herbal untuk antibodi COVID-19, di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (3/8/2020) (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Sejak akhir Januari hingga awal Agustus 2020, Mafindo mencatat ada 544 hoaks seputar COVID-19. Apa saja itu?

“Banyak hoaks dan teori konspirasi yang sangat merugikan banyak pihak,” kata Septiaji.

Ada teori konspirasi rumah sakit dan dokter yang memberi label positif COVID-19 pada pasien sebagai lahan bisnis. Akibatnya, terjadi beberapa insiden pengambilan jenazah dari rumah sakit secara paksa hingga intimidasi tenaga medis di beberapa daerah.

“Bahkan ada teori konspirasi terkait agama,” sebut Septiaji.

Dalam teori konspirasi itu disebutkan COVID-19 adalah cara untuk menghancurkan umat agama tertentu dengan cara membuat umatnya tidak kembali ke sekolah dan mendapatkan pendidikan agama.

Isu hoaks dan teori konspirasi seputar vaksin juga berpotensi membuat masyarakat menolak program vaksinasi, jika nanti vaksin sudah tersedia. Hoaks dikhawatirkan juga berperan menurunkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

2. Ada 12 klaim sesat dalam video wawancara Anji dengan Hadi Pranoto

Penyanyi Anji bersama dengan Hadi Pranoto berfoto bersama (Instagram.com/duniamanji)

Mafindo mencatat ada 12 klaim sesat dan membahayakan publik dalam video wawancara Anji dengan Hadi Pranoto. Antara lain klaim obat buatan Hadi sudah menyembuhkan ribuan orang dengan 2-3 hari pemakaian. Ada juga klaim, bahwa vaksin justru merusak organ tubuh. Kemudian klaim masker tidak bisa mencegah penularan COVID-19.

“Ini bisa membahayakan publik dan memberi rasa aman yang palsu. Dapat membuat masyarakat lengah akan bahaya penyebaran virus,” ujar Septiaji.

Dampak selanjutnya, masyarakat yang termakan informasi tersebut bisa menolak protokol pencegahan dan pengobatan yang dibuat pemerintah.

“Mereka lebih memilih obat alternatif yang ditawarkan dalam video itu,” imbuh Septiaji.  

Lantaran klaim tersebut sangat berbahaya bagi publik, Mafindo mendukung PB IDI yang meminta kepolisian turun tangan.

3. Menggunakan medsos untuk menebar keteladanan, bukan informasi menyesatkan

Ilustrasi media sosial (IDN Times/Sunariyah)

Sementara, Anji sebagai pemilik akun video dalam kanal Youtube tersebut telah punya 3,6 juta orang subscriber. Mafindo menyayangkan kanal digital dengan jangkauan yang besar itu turut menyebarkan informasi yang berpotensi membahayakan masyarakat.

Seharusnya, di tengah keprihatinan karena kasus positif COVID-19 yang terus naik di Indonesia, seorang figur publik memberikan teladan dengan berbagi informasi benar. 

“Mengajak masyarakat mengikuti protokol kesehatan. Bukan malah ikut menyebarkan informasi yang menyesatkan,” imbuh Septiaji.

Baca Juga: Korbannya Tak Cuma Satu, Begini Modus Pelecehan si Dosen Swinger

Berita Terkini Lainnya