3 Manifestasi Pasangan yang Emotionally Unavailable dalam Hubungan

- Pasangan yang emotionally unavailable bisa terlihat baik, manis, dan dewasa, tapi terbatas dalam mengekspresikan emosi.
- Orang tersebut sering bercanda saat serius, sulit dihubungi saat kamu sedih, dan ingin memegang kendali dalam hubungan.
- Ketika berbuat salah atau disarankan, ia akan defensif dan tidak membuka diri pada perasaan negatif.
Seseorang yang emotionally unavailable atau tidak hadir secara emosional tidak selalu terdeteksi di awal hubungan. Ia bisa saja terlihat baik, manis, dan dewasa, membuatmu berpikir bahwa ia adalah sosok yang ideal. Ternyata, di balik itu semua, ia masih terbatas dalam mengekspresikan dan mengelola emosinya sendiri.
Tentu ini bukan sifat yang baik dalam hubungan. Seseorang yang mengabaikan kedekatan emosi bisa menjadi batu sandungan bagi pasangan. Terutama, ketika menghadapi konflik. Biar kamu punya gambaran yang lebih luas, berikut tiga manifestasi pasangan yang belum matang secara emosional.
1.Si hobi bercanda yang sulit diajak ngobrol serius

Manifestasi pertama, doi jadi orang yang hobi bercanda sampai tidak tahu kapan harus serius. Biasanya, tipe orang seperti ini memandang dirinya sendiri sebagai orang yang lucu dan optimis. Sayangnya, hubungan tidak selamanya berada di fase menyenangkan.
Saat kamu mulai membawa sisi dirimu yang lebih deep, atau saat kamu mulai menunjukkan sisi emosional yang tidak bisa doi tangani, ia akan menjadikan itu bahan candaan atau justru meremehkan perasaanmu. Biasanya, mereka bersembunyi di balik dalih “ingin menghiburmu”, tanpa mencoba untuk benar-benar mau mengerti perasaanmu.
Contoh, ketika kamu sedang sedih atau gelisah dan ingin cerita, doi malah sulit dihubungi. Atau, bersikap pasif agresif dengan tidak membaas pesan dan menyalahkanmu. Bukannya makin lega, justru respon seperti ini bikin kamu semakin bingung dengan sikapnya.
2.Si pemecah masalah

Bukannya salah selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah pasangan, tapi bila fokusnya adalah berusaha memperbaiki masalah orang lain demi menghindari perasaan diri sendiri, maka ini bisa menjadi satu bibit konflik serius dalam hubungan. Ini disebabkan oleh hubungan yang tidak seimbang.
Ia selalu ingin memegang kendali, berusaha memastikan kamu selalu baik-baik saja. Pertanyaannya, bagaimana dengan dirinya sendiri? Dua pribadi dalam hubungan seharusnya cukup dewasa untuk menghadapi perasaan dan masalahnya, sebelum bisa mendukung orang lain. Bukan justru menjadikan masalah orang lain sebagai pelarian dari masalahnya sendiri.
Pada tingkat tertentu ketika terjadi gesekan atau perbedaan pendapat, ia langsung akan merasa dirinya gagal, tidak berguna, tidak berharga. Padahal, lumrah-lumrah saja terjadi gesekan opini dalam hubungan, asal ditanggapi dengan benar. Justru itu yang akan mendewasakan kalian.
3.Si paling dewasa yang sulit terima input orang

Seorang yang emotionally unavailable bisa tampil sebagai orang yang hangat, kalem, dan dewasa. Namun ketika ia berbuat salah atau kamu mencoba menasehatinya, ia akan langsung defensif membela diri.
Hal ini yang patut diperhatikan, karena kamu tidak sepenuhnya tahu apa yang ada dalam pikirannya. Ia belum bisa sepenuhnya membuka diri padamu, hanya sisi baik dan sempurna saja yang ditampilkan. Kamu jadi tidak tahu bagaimana ia menghadapi perasaan negatif, konflik, dan kondisi emosional lain yang tidak menyenangkan.
Tiga tipe di atas wajib kamu waspadai. Bukan berarti jadi gampang curigaan dengan pasangan, tapi jangan sampai tertipu dengan casing luar, kamu jadi terlilit dalam hubungan toksik. Kuncinya ialah menjadi autentik dalam hubungan.