Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Profil FSTVLST, Band Rock Indie Jogja yang Dulu Bernama Jenny

Personel FSTVLST (instagram.com/fstvlst)

Bicara soal skena musik, kurang lengkap rasanya tidak membicarakan daerah Yogyakarta. Daerah ini dikenal sebagai penghasil musisi-musisi top Indonesia seperti Sheila On 7, Endank Soekamti, Shaggydog, dan masih banyak lagi

Selain band-band top tersebut, ada juga band indie yang lahir dari Kota Pelajar ini, salah satunya adalah FSTVLST (dibaca Festivalist). Lantas siapakah sebenarnya FSTVLST itu? Simak profilnya berikut ini!

1. Awal terbentuk

FSTVLST saat manggung di Jakarta (instagram.com/fstvlst)

Apakah kamu familier dengan band Jenny? Nah, FSTVLST yang dibentuk pada tahun 2003 sebelumnya menggunakan nama tersebut. Jenny sendiri merupakan band rock alternative mahasiswa yang didirikan di Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Selama 6 tahun berkarier Jenny hanya mengeluarkan satu album saja berjudul Manifesto.

Pada tahun 2010 nama Jenny berubah menjadi FSTVLS setelah beberapa personelnya mengundurkan diri. Kemudian dari waktu itu hingga sekarang personel FSTVLST tetap ada empat yakni, Farid (vokal), Roby (gitar), Mufid (bas) dan Danish (drum).

2. Awal populer

FSTVLST saat di backstage sebelum manggung (instagram.com/fstvlst)

Awal ketenaran FSTVLST terjadi ketika mereka resmi mengganti nama band dan mulai serius menggarap banyak album di era 2011-2014.  Dalam periode ini FSTVLS berhasil melahirkan sejumlah album dan yang sukses diterima pasar.

Beberapa lagu populer FSTVLST adalah 'Hujan Mata Pisau', 'Orang-Orang di Kerumunan', 'GAS', dan 'Tanah Indah untuk Para Terabaikan Rusak dan Ditinggalkan'. Tercatat hingga saat ini FSTVLST sudah menelurkan 23 lagu dan rutin manggung di beberapa event musik baik di lokal Jogja ataupun nasional.

3. Album

FSTVLST tengah bersiap merilis album (instagram.com/fstvlst)

Tahun 2015, majalah Rolling Stones edisi Januari menobatkan album HITS KITSCH menjadi salah satu dari 20 album band terbaik Indonesia saat itu. Album ini adalah album pertama FSTVLST yang banyak dimantik oleh penggemar musik rock indie di Indonesia.

Kemudian album kedua FSTVLS dirilis pada 2020 silam dengan judul FSTVLST II. Awalnya album kedua ini akan dirilis 2018 tapi karena tertunda baru bisa dirilis di tahun tersebut. 

Album HITS KITSCH:

  • Orang Orang di Kerumunan
  • Menantang Rasi Bintang
  • Hujan Mata Pisau
  • Akulah Ibumu
  • Hal hal ini terjadi
  • Tanah Indah Untuk Para Terabaikan Rusak dan Ditinggalkan
  • Bulan Setan Atau Malaikat
  • Satu Terbela Selalu
  • Hari terakhir peradaban
  • Ayun Buai Zaman

Album FSTVLS II:

  • Gas
  • RUPA
  • VEGAS
  • MESIN
  • SYARAT
  • TELAN
  • HAYAT
  • Kamis
  • Opus

4. Pernah jadi salah satu pengisi soundtrack film Filosofi Kopi 2

Vokalis FSTVLST, Farid Stevi (instagram.com/fstvlst)

Meskipun nama FSTVLS tidak sementereng Sheila On 7 ataupun Shaggydog, ternyata band ini pernah menjadi salah satu pengisi soundtrack di film Filosofi Kopi 2: Ben dan Jody. Lagu FSTVLS yang digunakan dalam film tersebut adalah 'Hari Terakhir Peradaban'. Lagu tersebut dibuat ketika nama FSTVLS masih Jenny. 

5. Identik dengan warna hitam, merah, dan putih

FSTVLST tengah latihan (instagram.com/fstvlst)

Salah satu ciri visual yang identik dengan FSTVLST adalah mereka tidak lepas dari warna merah, hitam, putih. Menurut sang vokalis, Farid, ini adalah bagian dari rebranding band Jenny ketika berubah menjadi FSTVLST. Dan jika kamu lihat akun sosial media mereka pasti tone fotonya tidak jauh dari warna-warna di atas.

Itulah profil singkat dari band FSTVLST. Buat kamu penyuka musik rock indie dan suka dengan lirik-lirik yang menggugah semangat, lagu-lagu mereka layak kamu dengarkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us