Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Filosofi Lagom ala Swedia, Hidup Seimbang Minim Tekanan

ilustrasi minum kopi (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Hidup lagom mengajarkan kesederhanaan, keseimbangan, dan kepuasan terhadap apa yang dimiliki.
  • Orang Swedia memilih barang berkualitas, fika, work-life balance, minimalisme, dan hubungan sosial yang bermakna.
  • Koneksi dengan alam melalui aktivitas luar ruangan seperti hiking, dan allemansrätten juga penting dalam gaya hidup lagom.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang mulai mencari cara untuk hidup lebih seimbang. Salah satu konsep yang menarik perhatian adalah lagom, filosofi hidup asal Swedia yang berarti "tidak terlalu sedikit, tidak terlalu banyak, cukup pas". Lagom mengajarkan kesederhanaan, keseimbangan, dan kepuasan terhadap apa yang dimiliki. Gaya hidup ini bukan tentang deprivasi, melainkan tentang menemukan titik tengah yang membuat hidup terasa lebih bermakna tanpa tekanan berlebihan.

Swedia, salah satu negara dengan tingkat kebahagiaan tinggi, menjadikan lagom sebagai prinsip sehari-hari. Dari cara mereka mengatur waktu, mengonsumsi barang, hingga berinteraksi dengan orang lain, semuanya dilakukan dengan kesadaran penuh akan keseimbangan. Bagi yang penasaran bagaimana menerapkannya, berikut lima kebiasaan lagom yang bisa dicoba untuk hidup lebih tenang dan harmonis.

1. Konsumsi secukupnya, hindari berlebihan

ilustrasi minum kopi hitam (pexels.com/Cup of Couple)

Lagom mengajarkan bahwa kepuasan tidak datang dari memiliki banyak hal, melainkan dari menikmati apa yang benar-benar dibutuhkan. Orang Swedia terbiasa membeli barang berkualitas tinggi yang tahan lama, bukan sekadar menumpuk barang murah yang cepat rusak. Mereka juga lebih memilih makanan segar dan sederhana, bukan hidangan berlebihan yang justru bikin tidak nyaman.

Kebiasaan ini juga terlihat dari gaya hidup fika, ritual minum kopi dan camilan sederhana sambil bersosialisasi. Fika bukan tentang porsi besar atau rasa mewah, melainkan momen menikmati secangkir kopi dengan penuh kesadaran. Dengan mengurangi kebiasaan konsumtif, hidup jadi lebih ringan, hemat, dan bebas dari stres mengejar hal-hal yang sebenarnya tidak penting.

2. Prioritaskan keseimbangan kerja-hidup

ilustrasi menghabiskan waktu dengan keluarga (freepik.com/Lifestylememory)

Di Swedia, bekerja sampai larut malam atau membawa pulang tugas kantor bukanlah kebanggaan, melainkan pertanda manajemen waktu yang buruk. Mereka sangat menghargai work-life balance, dengan jam kerja yang manusiawi dan cuti panjang untuk memulihkan energi. Bagi mereka, produktivitas bukan tentang seberapa lama bekerja, tapi seberapa efisien waktu dimanfaatkan.

Budaya fredagsmys (bersantai di hari Jumat) juga jadi contoh nyata. Alih-alih lembur, orang Swedia memilih menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman sambil menikmati makanan ringan dan film. Kebiasaan ini mengingatkan bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian karier, tapi juga tentang menikmati momen-momen kecil yang memberi kebahagiaan.

3. Hidup minimalis, fokus pada fungsi

ilustrasi koleksi pakaian serba guna (freepik.com/freepik)

Lagom erat kaitannya dengan minimalisme, bukan berarti hidup dengan serba kurang, tapi memilih apa yang benar-benar bernilai. Orang Swedia gemar mendekorasi rumah dengan furnitur sederhana namun fungsional, menghindari barang-barang yang hanya jadi pajangan. Prinsip "less but better" membuat ruangan terasa lapang dan pikiran lebih jernih.

Di lemari pakaian pun, mereka menerapkan capsule wardrobe, koleksi pakaian serba guna yang mudah dipadupadankan. Daripada belanja impulsif, mereka lebih suka investasi pada beberapa item berkualitas yang awet dipakai bertahun-tahun. Kebiasaan ini mengurangi keputusan sepele sehari-hari dan memberi lebih banyak ruang untuk hal-hal yang benar-benar berarti.

4. Jaga hubungan sosial yang berkualitas

ilustrasi makan bersama (freepik.com/freepik)

Orang Swedia mungkin tidak terlalu banyak bicara, tapi mereka sangat menghargai interaksi yang dalam dan bermakna. Lagom mengajarkan untuk tidak memaksakan pertemanan dengan banyak orang, tapi fokus pada lingkaran sosial yang memberi dukungan positif. Mereka lebih memilih obrolan berkualitas ketimbang basa-basi yang hambar.

Budaya gemenskap (kebersamaan) sering terlihat dalam acara-acara sederhana seperti makan bersama atau jalan di alam. Tidak perlu mewah, yang penting hadir dengan sepenuh hati. Dengan mengurangi interaksi toxic dan hubungan yang hanya di permukaan, hidup terasa lebih ringan dan bahagia.

5. Nikmati alam dan keheningan

ilustrasi bersepeda (freepik.com/freepik)

Swedia dikenal dengan alamnya yang luas dan indah, dan orang-orangnya sangat menghargai waktu di luar ruangan. Aktivitas seperti hiking, bersepeda, atau sekadar duduk di taman jadi bagian dari keseharian. Lagom mengingatkan bahwa manusia butuh terhubung dengan alam untuk menjaga keseimbangan mental.

Kebiasaan allemansrätten (hak untuk mengakses alam bebas) memungkinkan siapa pun menikmati hutan, danau, atau pantai tanpa batas. Tidak perlu petualangan ekstrem, cukup dengan menghirup udara segar dan merasakan matahari, stres pun berkurang. Dalam kesibukan sehari-hari, meluangkan waktu untuk diam dan menyatu dengan alam adalah bentuk self-care paling sederhana.

Lagom bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang menemukan takaran pas dalam hidup. Dengan lima kebiasaan ini, siapa pun bisa mulai mengurangi kelebihan dan fokus pada apa yang benar-benar penting. Hidup seimbang ala Swedia ini membuktikan bahwa kebahagiaan seringkali datang dari hal-hal sederhana. Tidak perlu ekstrem, cukup mulai dari hal kecil, dan rasakan bedanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us