Angkat Tragedi Pesawat, Film Tukar Takdir Warna Bar u Film Indonesia

- Film Tukar Takdir diangkat dari novel laris karya Valiant Budi, disutradarai oleh Mouly Surya, dan diproduksi oleh Chand Parwez Servia dan Rama Adi.
- Film ini membawa isu yang relevan dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, terutama terkait dengan pilihan pesawat low-cost carrier (LCC) sebagai transportasi.
Yogyakarta, IDN Times – Film Tukar Takdir yang menghadirkan tokoh utama Nicholas Saputra sebagai Rawa, mendapat sambutan meriah saat diputar di XXI Empire Yogyakarta, Selasa (7/10/2025). Film ini mengangkat investigasi kecelakaan pesawat ini menjadi warna baru perfilman Indonesia.
Tukar Takdir menjadi perjalanan pertemuan Nicholas Saputra sebagai Rawa, Marsha Timothy berperan menjadi Dita, dan Adhisty Zara sebagai Zara. Ketiganya terhubung oleh sebuah takdir, dan mencoba berdamai.
Diceritakan Rawa bangkit setelah menjadi satu-satunya penumpang yang selamat dalam petaka pesawat Jakarta Airways 79. Film Tukar Takdir diadaptasi dari novel laris berjudul sama, karya Valiant Budi. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Mouly Surya, dengan produser Chand Parwez Servia dan Rama Adi.
1. Warna baru film Indonesia

Sutradara Mouly Surya menceritakan film diangkat dari buku yang di dalamnya merupakan kumpulan cerpen. “Cerpen itu berfokus pada seorang bernama Rawa, yang menjadi satu-satunya penumpang selamat dari kecelakaan pesawat. Ia terus dihantui trauma dari pengalaman tersebut. Duka itu mungkin tidak pernah hilang, ia akan selalu ada. Inti dari film ini adalah tentang duka, dan bagaimana setelah tragedi, kita mencoba menemukan harapan yang baru,” ujar Mouly.
Film ini juga tidak lepas dari pribadi Mouly yang sejak dahulu gemar dengan dokumenter air crash investigation. Penbuatan film menggunakan pendekatan yang memadukan investigasi penyebab petaka pesawat dengan drama emosional yang mengupas perjalanan luka para karakternya. “Saya melihat ini sebagai sesuatu yang saya minati, tetapi dengan sentuhan kemanusiaan yang menjadi nyawa utama,” ungkap Mouly.
2. Bawa isu yang relevan di Indonesia

Film Tukar Takdir menurutnya membawa kisah yang relevan dengan isu sosial masyarakat Indonesia. Ketika saat ini banyak orang yang ingin bepergian untuk berlibur maupun bekerja, sehingga pesawat low-cost carrier (LCC) menjadi pilihan. Namun tidak sedikit yang mengeluhkan berbagai kekurangannya.
Film ini memberikan refleksi tentang yang terjadi di kehidupan sosial kita secara spesifik lewat dunia penerbangan. Pesawat memang menjadi salah satu transportasi yang aman, tapi perlu diingat bahwa musibah bisa menimpa siapa saja.
Mouly mengaku menghadapi tantangan berat dalam penggarapan film ini. Terutama saat bagian film yang berhubungan dengan kecelakaan pesawat. “Bagian teknisnya sangat berat. Saya bekerja sama dengan seorang storyboard artist untuk menggambar setiap shot yang ingin saya ambil. Dari situ kami buat rangkaian gambar, semacam sketsa kasar, untuk membantu saat proses editing,” jelas Mouly.
Mouly mengatakan ada adegan yang diambil di pesawat sungguhan dan ada settingan. "Beberapa bagian juga menggunakan visual effect. Jadi semuanya gabungan antara pengambilan nyata dan efek visual,” kata Mouly.
3. Cerita para pemain saat selami peran

Film Tukar Takdir sekaligus menjadi kolaborasi terbaru Mouly bersama Marsha Timothy setelah Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) dan kolaborasi Mouly dengan Nicholas setelah Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta (2013). Film ini sekaligus menandai kolaborasi kedua Mouly Surya dan Chand Parwez Servia sebagai produser pada tahun ini setelah Perang Kota.
Marsha Timothy yang memainkan peran sebagai Dita, perempuan yang kehilangan suaminya karena tragedi tersebut, membagikan pengalamannya. “Dari luar dia (Dita) memang materialistis, uang, uang, dan uang. Tapi dalam dialognya, dia bilang bahwa apa yang dia lakukan bukan semata-mata karena uang. Itu justru bentuk ekspresi dirinya dalam mencari keadilan,” ucap Marsha Timothy.
Film ini juga menghadirkan petugas dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Purwanto yang diperankan Ariyo Wahab. Ia mengaku harus banyak mempelajari hal teknis dan melakukan riset. “Kami sempat melakukan riset dan bertemu langsung dengan kepala KNKT. Kami juga mengikuti workshop, itu sangat membantu saya dalam membentuk karakter,” kata Ariyo.