4 Tips Sederhana Berhenti Merasa Jadi yang Paling Tersakiti
- Mengakui dan menerima emosi yang dirasakan sebagai langkah pertama keluar dari perasaan tertekan.
- Latih rasa syukur untuk menggeser fokus dari hal-hal negatif ke hal-hal positif dalam hidup.
- Jauhi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain, dan latih empati untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas.
Dalam kehidupan, setiap orang pasti menghadapi tantangan, kesulitan, dan rasa sakit. Namun, ada kalanya kita merasa bahwa kitalah yang paling menderita, seolah-olah dunia tidak adil hanya kepada kita. Perasaan ini bisa menjadi beban emosional yang berat jika dibiarkan terus menerus.
Untuk itu, penting untuk belajar bagaimana mengatasi perasaan tersebut dan melangkah maju. Berikut adalah empat tips sederhana yang dapat membantu kamu berhenti merasa menjadi yang paling tersakiti.
1. Akui dan validasi perasaan

Langkah pertama untuk keluar dari perasaan ini adalah dengan mengakui dan menerima emosi yang kamu rasakan. Tidak ada yang salah dengan merasa sedih, marah, atau kecewa. Validasi perasaan kamu dengan mengatakan kepada diri sendiri, “Ya, saya merasa sakit hati,” atau “Ini memang situasi yang sulit untuk saya.” Dengan mengakui perasaan kamu, kamu memberikan ruang bagi diri sendiri untuk memproses emosi tersebut tanpa menekan atau mengabaikannya.
Namun, penting juga untuk menyadari bahwa perasaan kamu tidak harus mendefinisikan siapa dirimu. Setelah diakui, mulailah mencari cara untuk melepaskan emosi tersebut agar tidak terus-menerus membebani pikiran kamu.
2. Latih rasa syukur

Seringkali, perasaan sebagai korban muncul karena fokus kita hanya tertuju pada hal-hal negatif dalam hidup. Untuk mengubah perspektif ini, cobalah melatih rasa syukur. Setiap hari, luangkan waktu beberapa menit untuk mencatat hal-hal yang kamu syukuri. Ini bisa berupa hal sederhana seperti cuaca yang cerah, makanan yang enak, atau dukungan dari teman.
Rasa syukur membantu menggeser fokus dari apa yang kurang atau salah dalam hidup kamu ke apa yang sudah kamu miliki. Lambat laun, kebiasaan ini akan membantumu menyadari bahwa hidup tidak selalu buruk, dan ada banyak hal baik yang patut dihargai.
3. Hindari perbandingan sosial

Salah satu penyebab utama mengapa kita merasa paling tersakiti adalah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Dalam era media sosial, ini menjadi semakin sulit dihindari karena kita terus-menerus melihat kehidupan orang lain yang tampaknya lebih bahagia, sukses, atau sempurna.
Ingatlah bahwa apa yang kamu lihat di media sosial hanyalah potongan kecil dari kehidupan seseorang, seringkali hanya bagian terbaiknya. Fokuslah pada perjalanan kamu sendiri dan berhenti mengukur kebahagiaanmu berdasarkan kehidupan orang lain. Setiap orang memiliki perjuangan yang mungkin tidak terlihat, sama seperti kamu.
4. Coba berempati

Empati adalah kunci untuk memahami bahwa kamu tidak sendirian dalam rasa sakit. Cobalah mendengarkan cerita atau pengalaman orang lain dengan pikiran terbuka. Ketika kita menyadari bahwa orang lain juga memiliki tantangan dan kesulitan mereka sendiri, kamu akan lebih mampu melihat perspektif yang lebih luas.
Kamu bisa memulainya dengan melibatkan diri dalam kegiatan sukarela atau mendukung teman yang sedang menghadapi kesulitan. Dengan membantu orang lain, kamu tidak hanya mengurangi rasa terisolasi, tetapi juga mendapatkan rasa kepuasan dan makna dalam hidup.
Merasa menjadi yang paling tersakiti adalah hal yang manusiawi, tetapi penting untuk tidak terjebak dalam perasaan tersebut. Dengan mengakui perasaan kamu, melatih rasa syukur, menghindari perbandingan sosial, dan berlatih empati, kamu bisa mulai mengubah perspektifmu. Hidup mungkin tidak selalu mudah, tetapi dengan pendekatan yang tepat, kamu dapat menemukan kebahagiaan dan ketenangan di tengah tantangan.