TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Penyebab Perselingkuhan, Salah Satunya Bentuk Otak yang Berbeda 

Faktor testosteron bisa akibatkan perselingkuhan

Ilustrasi Selingkuh (IDN Times/Mardya Shakti)

Hubungan yang membosankan, bertemu dengan seseorang yang lebih mapan hingga ketertarikan secara seksual sering menjadi penyebab perselingkuhan. Namun tahukah kamu, ternyata kesehatan otak yang dipengaruhi mental seseorang dapat mengakibatkan terjadinya perselingkuhan.    

Menurut CEO Stress Management Indonesia Coach Pris, antara perselingkuhan, kesehatan otak, dan kondisi mental seseorang memiliki hubungan yang saling berkesinambungan. 

"Kondisi mental seseorang, termasuk selingkuh, memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan otaknya. Seseorang dapat selingkuh karena kondisi otaknya, bukan semata meninggalkan istri demi wanita lebih cantik atau meninggalkan suami demi pria yang lebih mapan," katanya dikutip Antara, Senin (10/10/2022). 

Ada empat alasan berbasis neurosains, atau penelusuran misteri otak manusia yang mengakibatkan seseorang selingkuh. Yuk kita ikuti alasannya. 

1. Kecanduan euforia cinta

ilustrasi selingkuh (IDN Times/Mardya Shakti)

Pengalaman indah jatuh cinta dan tergila-gila dengan seseorang tidak bertahan selamanya. Ahli saraf menemukan setelah enam bulan hingga dua tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam atau keputusan untuk berpisah dan melepaskan diri.

Banyak terapis pasangan mengatakan perselingkuhan terjadi karena orang salah mengira kurangnya intensitas dan euforia sebagai tanda mereka telah putus cinta. Kurangnya euforia ini dapat mendorong seseorang untuk mencari pasangan lain untuk mencoba menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi.

Bagi sebagian orang, kebutuhan untuk merasakan aliran cinta baru membuat mereka terus mencari hubungan di luar nikah.

Baca Juga: 5 Drama Korea Tema Perselingkuhan dengan Rating Tinggi

2. Faktor testosteron bisa akibatkan perselingkuhan

ilustrasi laki-laki dan perempuan bermesraan (pexels.com/Katerina Holmes)

Sebuah studi tahun 2019 menemukan pria dengan kadar testosteron tinggi lebih mungkin untuk melakukan perselingkuhan daripada pria dengan kadar testosteron yang lebih rendah.

Testosteron terlibat dalam suasana hati, motivasi, dan seksualitas. Tingkat testosteron yang tinggi dikaitkan dengan empati yang lebih rendah dan hawa nafsu yang tinggi, yang bisa menjadi resep untuk berselingkuh.

 

3. Kehilangan sistem penyeimbang di bagian otak

pexels/ Pixabay

Sirkuit kontrol diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan dan bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perselingkuhan.

Ketika sirkuit kontrol diri seimbang, kontrol impuls memadai menghentikan seseorang dari berselingkuh. Namun, ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya.

Studi pencitraan otak menunjukkan orang dengan aktivitas rendah di PFC lebih mungkin untuk bercerai. Stress Management Indonesia memiliki program seperti Brain Health Assessment untuk mengetahui kondisi sirkuit kontrol diri otak seseorang.

Baca Juga: Cerita Rakyat Roro Jonggrang: Menolak Cinta dan Dikutuk Jadi Batu

Berita Terkini Lainnya