SatuJantung 2.0, Pertolongan Pertama Penderita Henti Jantung

Cukup satu sentuhan layar di situasi mendesak

Sleman, IDN Times - Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sebuah inovasi berupa aplikasi pembantu penanganan kasus henti jantung.

Aplikasi yang diberi nama SatuJantung 2.0 ini dibuat oleh Beta Ahlam Gizela berkaca dari pengalaman yang dialaminya.

1. Pertolongan saat tak ada petugas medis

SatuJantung 2.0, Pertolongan Pertama Penderita Henti Jantungilustrasi serangan jantung (pixabay.com/Pexels)

Beta berkisah, ide awal pembuatan aplikasi SatuJantung berawal saat ia dan suaminya yang juga dokter, mendapati situasi di mana putra mereka mengalami serangan jantung mendadak.

Berkaca dari itu, Beta dan suami tergerak berinovasi menciptakan alat yang harapannya mampu memberikan pertolongan bagi orang banyak saat mengalami serangan jantung. Khususnya, dalam kondisi tidak ada petugas kesehatan.

"Dokter yang menangani anak saya saat terkena serangan jantung mendadak saat itu berkata mungkin putra bapak tidak akan selamat kalau bukan karena orang tuanya dokter," beber Beta di UGM, Sleman, Kamis (15/6/2023).

Aplikasi SatuJantung telah tersedia di Playstore. Masyarakat umum, utamanya yang mempunyai riwayat maupun risiko serangan jantung serta henti jantung dapat mengunduh aplikasi ini.

Usai mengunduhnya, pengguna bisa melakukan registrasi dengan memasukkan data-data pribadi seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon, nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi, tensi, berat dan tinggi badan, riwayat merokok, riwayat diabetes, serta aktivitas fisik. Lalu, akan muncul hasil identifikasi risiko penyakit jantung dari pengguna.

"Jika hasil perhitungan menunjukkan risiko tinggi sebaiknya menggunakan aplikasi ini," saran Beta.

2. Cukup satu sentuhan layar

SatuJantung 2.0, Pertolongan Pertama Penderita Henti JantungInterface Aplikasi SatuJantung besutan dosen UGM. (Dok. UGM)

Beta melanjutkan, aplikasi SatuJantung dilengkapi fitur utama berupa alarm bagi pasien serangan jantung dan henti jantung. Aplikasi ini bisa dijalankan cukup dengan satu sentuhan layar pada tombol melayang.

"Jadi, ketika terjadi serangan, waktunya tidak lama dan tombol melayang ini bisa menyelamatkan penggunanya," terangnya.

Ketika tombol melayang disentuh, bakal muncul sejumlah informasi yang membantu petugas kesehatan dalam mengidentifikasi pasien. Beberapa informasi seperti tingginya risiko penyakit jantung, kontak keluarga yang bisa dihubungi, serta tombol emergency.

Tombol tolong dipilih ketika terjadi serangan jantung atau henti jantung. Selanjutnya, ikuti petunjuk pertolongan pertama yang bisa dilakukan, sesuai dengan kondisi pasien. Semisal, pasien dalam keadaan sadar atau tidak sadar setelahnya mencari bantuan orang lain untuk menelepon 119 atau layanan ambulans.

"Saat ini aplikasi baru dikembangkan untuk versi android 10 ke bawah. Ke depannya akan dikembangkan untuk versi di atasnya dan bisa langsung menghubungkan dengan pihak rumah sakit dan layanan ambulans," ungkapnya.

Baca Juga: Ini Cara Cegah Penularan Mata Belekan menurut Dokter RSA UGM

3. Ada pijat jantung, apa itu?

SatuJantung 2.0, Pertolongan Pertama Penderita Henti Jantungilustrasi cara melakukan pijat jantung (freepik.com/rawpixel.com)

Aplikasi SatuJantung ini didesain dengan fitur tutorial pijat jantung sebagai panduan untuk penolong yang belum pernah mengikuti pelatihan.

Hasil tinjauan literatur oleh suami Beta, Nurholis Majid, sekitar 10 dari 100 pasien henti jantung yang memperoleh pertolongan pertama berupa pijat jantung bisa diselamatkan. Mereka memiliki kans untuk tertolong tiga kali lebih besar daripada yang tidak mendapat pertolongan.

4. Pembunuh nomor satu, beban biaya BPJS terbesar di 2021

SatuJantung 2.0, Pertolongan Pertama Penderita Henti Jantungilustrasi serangan jantung (freepik.com/cookie_studio)

Beta melanjutkan, aplikasi SatuJantung 2.0 ini diharapkan dapat membantu penanganan lebih banyak pasien henti jantung. Sebagai informasi, penyakit jantung masuk dalam salah satu daftar penyakit pembunuh nomor satu di negara maju maupun negara berkembang.

Laporan Global Burden of Disease dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014-2019 menunjukkan bahwa penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Sementara berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat tren peningkatan  penyakit jantung yakni 0,5 persen pada 2013 menjadi 1,5 persen pada 2018. Terlebih, penyakit jantung ini menjadi beban biaya terbesar di data BPJS Kesehatan pada 2021 pembiayaan kesehatan terbesar ada pada penyakit jantung sebesar Rp.7,7 triliun.

Baca Juga: Menuju Endemi, Sultan: Ketemu Presiden Tetap PCR, Tidak Berani

Tunggul Kumoro Damarjati Photo Community Writer Tunggul Kumoro Damarjati

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya