TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Happy Hypoxia Syndrome, Gejala Baru COVID-19 yang Wajib Diwaspadai

Tidak segera ditangani akan mengancam nyawa

unsplash.com/United Nations COVID-19 Response

Sleman, IDN Times - Orang yang terpapar COVID-19 mempunyai gejala beragam. Mulai dari batuk, sesak napas, demam, kehilangan indra penciuman dan perasa hingga yang terbaru adalah happy hypoxia syndrome.

Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) FKKMK UGM, dr. Sumardi menjelaskan happy hypoxia syndrome merupakan kondisi seseorang dengan kadar oksigen rendah dalam tubuh, tetapi terlihat seperti orang normal.

“Pada orang yang mengalami happy hypoxia ini tampak normal atau biasa-biasa saja. Karenanya sering dinamakan silent hypoxiasebab terjadi perlahan dan lama-lama lemas dan tidak sadar,” ungkapnya pada Rabu (2/9/2020).

 

 

Baca Juga: Terpapar COVID, Pemilik Toko Kelontong di Kota Jogja Meninggal     

1. Terjadi karena penjedalan di saluran pembuluh darah

pexels.com/Andrea Piacquadio

Sumardi memaparkan hypoxia terjadi lantaran adanya penjedalan di saluran pembuluh darah. Penjedalan ini disebabkan peradangan yang terjadi pembuluh darah.

"(Penjedalan) dikarenakan peradangan atau inflamasi pada pembuluh-pembuluh darah, terutama di paru-paru akibatnya kadar oksigen yang terus berkurang dalam tubuh," terangnya.

Menurutnya, penjendalan ini tidak hanya terjadi di paru-paru, tetapi bisa ke organ-organ lainnya seperti ginjal dan otak yang bisa menyebabkan kematian.

2. Tidak segera ditangani akan mengancam nyawa

Dokter Sumardi, Spesialis Penyakit Dalam Konsentrasi Paru, RSUP dr. Sardjito. IDN Times/Siti Umaiyah

Seseorang dengan kondisi happy hypoxia jika tidak segera ditangani, maka akan mengancam nyawa pasien COVID-19. Untuk mengetahui seseorang terkena happy hypoxia saat pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit.

"Happy hypoxia bisa diketahui pada pasien COVID-19 yang mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pemantauan kadar oksigen dalam darah biasanya dilakukan dengan menggunakan alat pulse oximeter," katanya.

Baca Juga: Klaster Warung Soto Lamongan di Yogyakarta Tambah 2 Kasus

Berita Terkini Lainnya