TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pakar Kesehatan Ingatkan Penderita Hipertensi: Hentikan Konsumsi Garam

Hati-hati, hipertensi kemungkinan tidak bergejala 

ilustrasi mengukur tekanan darah (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sleman, IDN Times - Hipertensi identik sebagai penyakit yang menyerang orang berusia lanjut, karena risiko hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Namun kenyataannya tidak sedikit kasus hipertensi terjadi pada kalangan usia muda.

Dokter Spesialis pada Klinik Endokrin di RSA UGM, Ali Baswedan, mengatakan orang disebut hipertensi saat hasil pengukuran di atas 140 dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu.   

“Tapi sekali lagi pengukurannya harus dua kali dalam waktu satu minggu. Dari definisi Kemenkes seperti itu dalam dua kali pemeriksaan dalam seminggu jika tekanan darah 140 ke atas untuk batas atas dan 90 ke atas untuk batas bawah maka yang bersangkutan sudah dinyatakan hipertensi," ujar Ali Baswedan dikutip laman resmi UGM, Selasa (24/1/2023). 

1. Hati-hati, hipertensi kemungkinan tidak bergejala

ilustrasi hipertensi (freepik.com/jcomp)

Ali Baswedan menuturkan hipertensi adalah suatu penyakit yang dalam keadaan tertentu tidak bergejala. Tidak ada gejala tetapi begitu diukur tensi tiba-tiba tinggi, namun ada juga yang ditandai dengan gejala sakit kepala, merasa tidak nyaman dan lain-lain.

Tetapi sebagian besar hipertensi, tidak bergejala atau silent, dan itu yang berbahaya. Oleh karena itu, pemeriksaan secara periodik bisa tiga bulan sekali sangat penting untuk dilakukan agar setiap individu mampu mendeteksi sejak awal apakah dirinya ada hipertensi atau tidak.

“Terutama bagi orang-orang yang memiliki keturunan hipertensi, misal dari bapak, kakek neneknya, pamannya, dan memiliki kecenderungan seperti itu maka sebaiknya secara periodik periksa," katanya.

 

Baca Juga: Mahasiswa UGM Teliti Obat Anti-Hipertensi dari Ekstrak Daun Selasih

ilustrasi orang diperiksa tekanan darahnya (unspalsh.com/Mufid Majnun)

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan RI terdapat sebesar 8,7 persen penderita hipertensi berusia 15-24 tahun. Sementara data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1 persen.

Dari data tersebut angka kejadian tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44.1 persen, sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2 persen. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun sebesar 31,6 persen, umur 45-54 tahun 45,3 persen, umur 55-64 tahun 55,2 persen.

Baca Juga: Kisah Pasien Hipertensi Paru, Harus Rutin Berobat Seumur Hidup

2. Garam sebagai pemicu hipertensi

ilustrasi garam (pexels.com/LorenaMartinez)

Terkait banyaknya kasus hipertensi dan menyerang usia muda, Ali Baswedan menuturkan situasi dan kondisi saat ini sangat memungkinkan untuk itu. Sumber garam disebutnya, sebagai salah pemicu utama hipertensi. Padahal, hal ini berdekatan dengan kehidupan nyata manusia. Ia terbiasa berada di dapur berikut dengan yang lainnya seperti penyedap rasa atau MSG (micin), berbagai bahan lain yang mengandung pengawet kecap, saos, sambal sachet, camilan, makanan ringan dan lain-lain. Semua itu merupakan sumber garam yang memiliki sangat berlebihan. 

“Dengan mengonsumsi garam secara terus menerus maka natrium akan masuk sel, pada saat masuk sel maka cairan juga akan masuk kedalam semua sehingga bisa overload (kelebihan ) cairan dan kelebihan cairan ini membuat jantung memompa lebih kuat sehingga menaikkan tensi," paparnya.

Menurutnya, sebanyak 60 persen mereka yang memiliki keturunan darah tinggi sensitif terhadap garam. Sedang 40 persen lainnya tidak sensitif.

 

Berita Terkini Lainnya