Fakta Puthul Goreng, Kuliner Ekstrem Gunungkidul yang Renyah

Kamu berani makan?

Bicara soal kuliner ekstrem di Jogja, pasti gak akan lepas dari Gunungkidul. Selain terkenal dengan pantainya yang eksotis, kabupaten berjuluk Bumi Handayani ini juga punya makanan unik yang wajib dijajal saat bertandang ke sana.

Salah satunya adalah puthul goreng. Namanya mungkin belum seterkenal walang goreng, tapi rasanya tak kalah enak. Penasaran 'kan apa itu puthul goreng? Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!

1. Dari hama pertanian yang muncul di musim hujan

Fakta Puthul Goreng, Kuliner Ekstrem Gunungkidul yang RenyahSerangga Phyllophaga (freepik.com/author/nugrahithaaditya)

Beberapa jenis serangga adalah musuh buat petani karena bisa merusak tanaman padi. Puthul (Phyllophaga) adalah salah satunya. Oleh karenanya, serangga ini tak hanya diburu untuk diolah, tetapi juga demi mengendalikan populasinya. 

Bentuk puthul hampir mirip kumbang, tapi ukurannya cukup mungil dengan ukuran berkisar 12 sampai 35 mm. Phyllophaga memiliki warna gelap antara hitam atau cokelat kemerahan dan tanpa motif apa pun sehingga mudah menyamar ketika sedang hinggap di tumbuh-tumbuhan.

Selain itu, Phyllophaga juga hanya aktif pada malam hari. Mereka juga bersifat seperti laron yang cenderung menghampiri cahaya.

2. Tidak semua jenis puthul bisa dikonsumsi

Fakta Puthul Goreng, Kuliner Ekstrem Gunungkidul yang Renyahputhul goreng (instagram.com/kalilahara)

Gak semua puthul bisa dikonsumsi, loh. Puthul atau Phyllophaga yang bisa dikonsumsi adalah yang sudah melewati masa kepompong dan menjadi dewasa, bukan yang masih larva. Puthul jenis ini banyak ditemui saat awal musim penghujan.

Nah, biasanya puthul akan menjadikan tanaman, termasuk padi, sebagai tempat untuk menebar telurnya sehingga akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Inilah alasan utama para petani kemudian mengolahnya menjadi makanan supaya tak berkembang biak makin banyak.

Masyarakat di Desa Giring, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, tak hanya memburu puthul untuk dikonsumsi sendiri, tapi juga untuk dijual kepada yang berminat. Karena mudahnya penangkapan dan tak membutuhkan alat, sekali berburu mereka bisa mendapatkan sampai dua kilogram puthul, lho!

Baca Juga: Resep Belalang Goreng Khas Gunungkidul, Renyah Gurihnya Bikin Nagih

3. Diolah dengan cara digoreng atau dibacem

Biasanya, puthul diolah dengan cara digoreng kering atau dibumbu bacem sehingga rasanya manis dan gurih. Cara mengolahnya pun tidak rumit. Pertama, puthul harus dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Lalu, bagian kulit serangga yang keras dilepas dan dibuang.

Jika kamu ingin menyantapnya dengan cara dibacem, cukup rebus dengan rempah-rempah bacem sampai bumbunya meresap, lalu tiriskan. Namun jika ingin dinikmati lebih garing, setelah direbus dengan bumbu bacem bisa ditiriskan dan digoreng dengan minyak yang gak terlalu panas supaya gak alot.

4. Dinikmati sebagai lauk makan sampai jadi kudapan

Fakta Puthul Goreng, Kuliner Ekstrem Gunungkidul yang Renyahputhul goreng (instagram.com/untari127)

Ukuran puthul yang mungil sangat cocok jadi kudapan sambil menonton acara di TV. Namun buat masyarakat Gunungkidul, punthul juga kerap dijadikan lauk makan dengan nasi hangat.

Tekstur dari puthul gak jauh berbeda dengan walang, yaitu krispi dan empuk. Malah banyak yang mengatakan kalau lebih enak puthul daripada walang goreng, loh.

Sayangnya, puthul gak bisa ditemukan setiap saat karena hanya muncul di awal musim penghujan. Yuk, langsung menuju Gunungkidul buat merasakan sendiri kenikmatan makanan ekstrem Jogja satu ini, siapa tahu, kamu malah ketagihan setelahnya!

Baca Juga: Musim Penghujan Datang, Warga Gunungkidul Berburu Puthul

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya