TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Gudeg Jogja yang Belum Banyak Diketahui, Menarik!

Adanya peran penting mahasiswa UGM dalam eksisnya gudeg

Gudeg Wijilan Yogyakarta (Flickr.com/Riza Nugraha)

Gudeg dan Yogyakarta adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Gudeg sebagai ikon kuliner Kota Yogyakarta punya rasa yang manis legit dan biasanya disajikan bersama sambal goreng krecek yang super pedas. Walau begitu, asal-usul gudeg sendiri belum jelas sejak kapan diketemukan walau ada yang berpendapat bahwa gudeg sudah ada sejak zaman kepemimpinan Sultan Agung. 

Ada berbagai hal menarik yang bisa diulik dari makanan berbahan dasar nangka tersebut, seperti 5 fakta soal gudeg di bawah ini. Belum banyak diketahui masyarakat luas, loh!

Baca Juga: 5 Alasan Yogyakarta Dijuluki Kota Pelajar, Bikin Kagum!

1. Berawal dari limbah pangan dan dikonsumsi oleh rakyat kelas bawah

gudeg bromo bu tekluk (instagram.com/afterworking)

Pada tahun 1500-an, Kerajaan Mataram banyak ditumbuhi oleh pohon nangka yang hasil buahnya melimpah. Sayangnya, pada saat itu penjajah tidak menginginkan nangka dan lebih mengutamakan hasil pertanian yang lain. Hal ini karena nangka dinilai tidak memiliki nilai jual yang tinggi dan merupakan tanaman yang mudah didapat oleh rakyat. 

Hal ini membuat rakyat kemudian berpikir keras bagaimana cara mengolah nangka menjadi beragam sajian. Karena tak banyak diinginkan, olahan nangka menjadi makanan rakyat biasa seperti buruh atau prajurit.

2. Asal muasal nama gudeg

gudeg mercon bu tinah (instagram.com/angkytan)

Awal masyarakat Yogyakarta dalam mengolah gori membutuhkan waktu yang cukup lama supaya mendapatkan tekstur yang lembut. Saat itu mereka juga menggunakan bumbu sederhana yang ada di sekitar. 

Mengandalkan ember besar berbahan logam, gori akan dimasak dalam jumlah yang bersamaan. Karena berat, membutuhkan sebuah alat masak mirip dayung untuk mengaduk. Dalam bahasa Jawa, teknik mengaduk disebut dengan hangudek atau hangudeg dan dari sini tercipta nama gudeg. 

Baca Juga: Ini Alasan Yogyakarta Disebut Daerah Istimewa, Punya Otonomi Khusus

3. Jenis-jenis gudeg yang beragam tergantung pada bahan dan cara masaknya

gudeg manggar (instagram.com/javafoodie)

Menurut Dwi Abadi dan Aryanto Budhy S dalam Daerah Istimewa Gudeg (2016: 2), warna cokelat pada gudeg didapat dari daun jati yang dimasak bersama nangka muda. Nah, gudeg sendiri ternyata memiliki berbagai jenis. Jika dilihat dari proses memasaknya ada gudeg basah dan gudeg kering.

Sementara itu, menurut Laurencia Steffanie Mega Wijaya Kurniawati dan Rustono Farady Marta dalam Menelisik Sejarah Gudeg Sebagai Alternatif Wisata Dan Citra Kota Yogyakarta (2021: 30), gudeg basah adalah gudeg dengan kadar air tinggi yang disajikan dengan santan cair sehingga menghasilkan tekstur basah dan menonjolkan cita rasa gurih santan cair. 

Nah, sayangnya gudeg basah ini mudah basi, tata cara masaknya diperbaiki sehingga lebih cokelat dan kering, dengan muncul rasa yang lebih manis. Sementara berdasarkan bahan, gudeg tak hanya nangka muda saja. Ada rebung, jamur, dan manggar. Manggar adalah putik bunga kelapa yang masih muda dan membutuhkan waktu memasak selama satu malam di atas tungku. 

4. Peran perantau di Yogyakarta yang menjadikan gudeg tetap eksis

gudeg mbok lindu (dok.pribadi)

Dikutip Dwi Abadi dan Aryanto Budhy (2016: 7), Murdiyati Garjito menyebutkan ada pengaruh Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam perkembangan gudeg di Yogyakarta. Pada tahun 1949, banyak masyarakat yang menjajakan gudeg di sekitar UGM sehingga baik pegawai sampai mahasiswa menjadikan gudeg sebagai makan sehari-hari. Didukung rasanya yang enak dan murah, gudeg menjadi kian eksis di kalangan masyarakat. 

Selain itu, perantau juga memiliki andil penting. Yogyakarta sebagai kota pelajar menjadi tujuan para perantau untuk menuntut ilmu dan tentu mereka mencicipi gudeg, lalu membawa cerita soal rasa itu ke kotanya masing-masing.

Banyak juga perantau yang membawa gudeg sebagai oleh-oleh, jadi walau terkesan masif, gudeg menjadi kian berkembang karena adanya para perantau. 

Baca Juga: Sejarah Jalan Malioboro, Ikon Yogyakarta yang Punya Makna Mendalam

Verified Writer

Dyar Ayu

Jalan-jalan mencari penyu Alabiyu~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya