Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Meski Diguyur Hujan, Warga Antusias Ikuti Tradisi Rebo Pungkasan

Meski Diguyur Hujan, Warga Antusias Ikuti Tradisi Rebo Pungkasan
Tradisi Rebo Pungkasan di Wonokromo Bantul. (dok. Pemkab Bantul)
Intinya sih...
  • Lemper raksasa jadi ikon utama tradisi, berukuran 2,5 meter dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kabupaten Bantul.
  • Bupati Bantul apresiasi tradisi adiluhung, menyampaikan penghargaan kepada warga Wonokromo yang menjaga warisan budaya leluhur.
  • Antusias masyarakat tetap tinggi meski hujan turun sebelum acara, menunjukkan Rebo Pungkasan bukan hanya ritual budaya tetapi juga sarana memperkuat kebersamaan warga.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bantul, IDN Times – Warga Kalurahan Wonokromo, Pleret, Kabupaten Bantul, kembali menggelar upacara adat Rebo Pungkasan pada Selasa malam (19/8/2025). Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap malam Rabu terakhir di bulan Sapar dalam penanggalan Jawa.

Penyelenggaraan tahun ini berlangsung meriah meski sempat diguyur hujan. Masyarakat tetap antusias memadati rute arak-arakan untuk menyaksikan ikon utama tradisi berupa lemper raksasa.

1. Lemper raksasa jadi ikon utama tradisi

Dalam pelaksanaan Rebo Pungkasan, lemper berukuran 2,5 meter dengan diameter 50 sentimeter diletakkan di atas ancak lalu diarak. Sejak 2018, tradisi ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kabupaten Bantul oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Lurah Wonokromo, Machrus Hanafi, menegaskan pentingnya menjaga tradisi ini. “Ini adalah sebuah peninggalan sejarah yang sudah menjadi warisan budaya tak benda. Harapan kami selain ini untuk melestarikan budaya juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat,” bebernya dilansir laman resmi Pemkab Bantul.

2. Bupati Bantul apresiasi tradisi adiluhung

Potret rebo pungkasan (bantulkab.go.id)
Potret rebo pungkasan (bantulkab.go.id)

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, turut hadir dalam acara ini. Ia menyampaikan penghargaan kepada warga Wonokromo yang terus menjaga warisan budaya leluhur.

“Upacara adat Rebo Pungkasan di Kalurahan Wonokromo ini dimaksudkan untuk tolak bala. Maka setiap rabu terakhir dibulan safar ini para tokoh di Kalurahan Wonokromo menganjurkan untuk banyak-banyak bersedekah, dan malam ini ada simbol lemper yang dibuat sangat besar. Sesungguhnya ini adalah sebuah simbolik dari upaya kita bersedekah kepada banyak orang. Karena sedekah itu memang tolak bala,” tutur Bupati.

3. Antusias masyarakat tetap tinggi

Meski hujan turun sebelum acara, masyarakat tetap berbondong-bondong datang. Sejak selepas salat Maghrib, warga sudah berjejer di sepanjang jalur arak-arakan lemper raksasa yang dimulai dari Masjid Al-Huda Karanganom hingga pendopo Kalurahan Pleret.

Rebo Pungkasan di Wonokromo bukan hanya ritual budaya, tetapi juga sarana memperkuat kebersamaan warga. Tradisi ini dipandang sebagai momentum untuk bersedekah dan berbagi sebagai wujud doa keselamatan bersama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us