Luasan Lahan dan Lalat Jadi Kendala Petani Salak di Kabupaten Sleman

- Kabupaten Sleman sentra produksi salak, ikon daerah dengan kontribusi ekonomi tinggi bagi petani.
- Upaya peningkatan produksi salak melalui peningkatan lahan tanam, pengendalian hama, dan penerapan GAP.
- Pengembangan varietas salak madu sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani dan meningkatkan produktivitas salak di musim kemarau.
Sleman, IDN Times - Kabupaten Sleman merupakan daerah sentra produksi salak, terutama di Kapanewon, Tempel, Turi, dan Pakem. Buah salak menjadi salah satu ikon dari Kabupaten Sleman, dan menjadi komoditas unggulan, serta memberikan kontribusi ekonomi yang cukup tinggi bagi petani.
Upaya peningkatan produksi salak yang merupakan unggulan Sleman telah dilakukan agar tetap dapat memenuhi permintaan pasar domestik dan macanegara. Beberapa tahun yang lalu, permasalahan pengembangan salak di Sleman setidaknya terfokus dalam 2 hal, yaitu kurang produktifnya tanaman salak karena usia tanaman yang cukup tua dan masih adanya serangan hama lalat buah.
1.Peningkatan produktivitas salak di Sleman

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman (DP3 Sleman), Suparmono menjelaskan permasalahan yang ada telah ditangani dengan peningkatan luasan lahan tanam dan gerakan pengendalian lalat buah. “Pemkab Sleman memfasilitasi bantuan pupuk organik, pupuk kimia dan ember untuk pencangkokan/peremajaan serta penerapan Good Agricultural Practices (GAP) melalui kegiatan sekolah lapang, pelatihan, bimbingan teknis dan pendampingan petani,” kata Suparmono, Kamis (17/10/2024).
Berdasarkan data DP3 Sleman, upaya peningkatan produksi salak telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Tahun 2019 dengan luas sebesar 2.163,43 Ha sedangkan 2023 sebesar 1.240,5 Ha, produksi salak 2019 sebesar 510.111,73 kw dan 2023 sebesar 483.895,16 kw. Dengan penurunan luas panen sebesar 42 persen, tetapi penurunan produksi hanya 5,13persen, hal ini menunjukkan keberhasilan peningkatan produktivitas salak Sleman. Data menunjukkan profitas salak Sleman tahun 2019 sebesar 235,60 kw/Ha, peningkatan produktifitas tahun 2023 sebesar 390,08 kw ha atau naik 154,48 kw/ha atau 65,56 persen.
2.Empat jenis salak yang ada di Sleman

Data Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan juga menyebutkan produksi empat jenis salak di Kabupaten Sleman, yakni salak pondoh, salak madu, salak gading dan salak biasa. Keempat salak tersebut secara tampilan berbeda dan rasanya pun berbeda. Misalnya salak gading memiliki warna kulit kuning terang dan rasanya agak asam. Sedang salak madu ukurannya lebih besar dari salak pondoh, warna kulitnya lebih terang dibanding dengan salak pondoh, dan juga rasanya lebih manis.
Saat ini, ada dua varian salak madu yang dikembangkan di Sleman, yaitu, Salak Madu Balerante dan Salak Madu Sokomartani yang juga dikenal sebagai salak madu Probo. Salak madu memang lebih disukai konsumen daripada salak pondoh super, daging buah empuk dan citarasanya lebih manis ketimbang pondoh, apabila daging buah dipencet dengan jari akan keluar cairan seperti madu, cairan ini tidak dijumpai pada salak pondoh dan salak gading. Kelebihan salak madu, disamping rasanya yang juicy, harganya relatif lebih mahal dan populasinya masih sedikit.
Setelah secara resmi dilepas sebagai varietas unggulan pada tahun 2015, populasi tanaman salak madu terus meningkat. Data Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman bahwa pada tahun 2016 luas panen salak madu hanya 38,67 Ha, dan terus naik di tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2023 luas panen salak madu menjadi 167,89 Ha.
3.Permasalahan musim jadi tantangan

Harga salak pondoh di tingkat petani antara Rp1.000 - Rp3.000 per kg sedangkan di tingkat konsumen berkisar Rp5.000-Rp10.000, sedangkan Madu Probo di tingkat petani paling rendah diharga Rp5.000 dan di tingkat konsumen Rp10.000-Rp15.000 per kg. Bahkan saat ini, karena rendahnya produksi salak akibat dampak El Nino dan kekeringan, menyebabkan harga madu probo bisa mencapai Rp25.000 per kg. Hal ini memicu semangat petani untuk mengembangkan salak madu itu lantaran cita rasa enak dan disukai pasar, serta harganya yang tinggi.
Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman mendorong pengembangan salak madu untuk peningkatan kesejahteraan petani salak Sleman. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan pemberian mesin chopper kepada beberapa kelompok tani pembudidaya salak, untuk mempermudah proses pencacahan pelepah salak sebagai pupuk alami tanaman salak serta pemberian bantuan Pupuk Hayati Cair (PHC) untuk mempercepat proses fermentasi pupuk hayati salak di areal pertanaman salak.
“Untuk mengatasi permasalahan produksi yang menurun pada musim kemarau, maka Dinas Pertanian Sleman akan membuat demonstrasi plot penerapan teknologi irigasi tetes untuk tanaman salak. Dengan suplai air yang cukup, harapannya tanaman salak tetap produktif di musim kemarau dan petani dapat menikmati harga salak sangat tinggi, dikarenakan pada musim kemarau produksi salak turun di semua sentra,” ungkap Suparmono.