TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Briptu Ima, Desingan Peluru, dan Misi Kemanusiaan di Negara Berkonflik

Ini kisah Briptu Ima selama menjalani misi kemanusiaan!

Dok. Briptu Ima

Sleman, IDN Times - Nama Briptu Hikma Nur Syafa Atun menyita perhatian jagat media sosial tahun lalu. Sosoknya viral usai dirinya via instagram pribadinya, berbagi cerita saat bertugas sebagai salah seorang pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangui, Afrika Tengah.

Akhir September 2020 lalu, Ima, sapaan akrab anggota Satlantas Polres Bantul ini, telah menyelesaikan tugasnya setelah 1 tahun 3 bulan mengabdi sebagai bagian dari Formed Police Unit (FPU) untuk Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic (MINUSCA).

Bertempat di Gedung Pam Obvit Polda DIY, Sleman, Senin (2/11/2020), Ima mengisahkan pengalamannya menjalankan misi kemanusiaan di tengah desingan peluru.

Baca Juga: 10 Pesona Briptu Ima, Polwan Berhijab Asal Jogja yang Tugas di Afrika

1. Ima ikuti seleksi ketat sebelum diterjunkan ke negara berkonflik

Briptu Hikma Nur Syafa Atun. IDN Times/Tunggul Damarjati

Ima blak-blakan bagaimana ia lolos seleksi FPU hingga bisa berangkat ke Afrika Tengah. Termasuk, antusiasnya kala mengikuti tes tahap demi tahap awal 2018 lalu.

Bintara angkatan 2013 ini harus bersaing dengan ribuan peserta lain. Tes berlangsung secara ketat dan bertahap. Meliputi, tes teknik dasar kepolisian, SWAT, core predeployment training dan specialize training material dari PBB serta command staff. Dituntut pula menguasai bahasa Inggris dan Prancis.

"Ada jasmani, test drive, TOEFL, IT. Jika kami ada kemampuan bahasa lain, kami dites, di-interview," kata Ima.

Alhasil, Ima lolos bersama AKP Leonisa yang menjabat sebagai Kasat Binmas Polres Bantul waktu itu. Keduanya mewakili Polda DIY berangkat bersama 138 personel Polri lainnya yang dikirim ke Bangui.

"Pada 27 Juni 2019 kami Satgas I Indonesia diberangkatkan ke Bangui. Ada 14 anggota Polwan yang ikut diterbangkan," papar dara kelahiran 1 Agustus 1994 ini.

Ima mulanya dikirim untuk misi perdamaian di Sudan Selatan (United Nations Mission in South Sudan/UNMISS).

Akan tetapi, karena kompetensinya yang di atas rata-rata, tahun 2019 Ima cs dipindah ke ke Bangui untuk menjalankan misi MINUSCA.

FPU MINUSCA mengemban misi yang tak mudah. Seakan tak cukup membangun kamp dari nol, menghadapi ganasnya cuaca padang gurun, mereka harus berdinamika, beradaptasi di lokasi yang jadi basecamp bagi sejumlah kelompok bersenjata yang berseteru satu sama lain.

"Tahun ini kerawanannya mulai meningkat dikarenakan ada election (pemilu) dan masing-masing Armed (pasukan bersenjata) punya calon presiden yang digadang-gadang," paparnya.

2. Hidup bersama desingan peluru

Dok. Briptu Ima

Di Bangui, Ima tergabung dalam pasukan taktis (tactical troops) dan pengamanan kamp (security camp).

Selain menjaga personel dan barang dalam kamp, patroli kewilayahan jadi hal wajib. Lulusan Bintara 2013 ini bagaimanapun harus melengkapi dirinya dengan rompi anti peluru, helm baja, sembari menenteng senapan laras panjang tiap menjalankan tugasnya.

Maklum, tembak menembak seringkali terjadi. FPU MINUSCA pernah terjebak di tengah situasi peperangan dua kelompok bersenjata. Tapi, bagaimanapun diplomasi harus dikedepankan sebagai upaya penyelesaian konflik.

"Kami pernah berada di tengah-tengah (baku tembak). Tapi, alhamdulillah masih bisa selamat berkat pendekatan yang kami lakukan," beber Alumnus SMAN 1 Sewon tersebut.

Situasi genting lainnya, Ima cs pernah terjebak dalam operasi penyergapan suatu kelompok bersenjata. Namun sekali lagi, bukan balas menyerang jalan keluarnya.

"Sempat tersandera di dalam mobil, tapi dengan komunikasi, bantuan UN dan pengertian kepada mereka, akhirnya kami dibebaskan," jelas Ima.

"Komunikasi sedikit terbatas karena di sana menggunakan Bahasa Prancis," lanjut dia menambahkan.

Sebenarnya, bukan cuma kelompok bersenjata saja yang memiliki senapan. Sebagian warga sipil pun punya. Demi meminimalisir terjadinya muncilnya insiden baku tembak, PBB dan beberapa kelomok bersenjata membuat persetujuan.

"Kami setiap patroli diminta setiap orang yang membawa senjata harus disita. Tapi, dengan kesepakatan PBB dan kepala-kepala kelompok bersenjata. Tapi memang sangat berisiko, dan alhamdulillah tidak ada yang sampai melukai. Hanya ancaman-ancaman saja," terangnya panjang.

Baca Juga: Ceplas-ceplos Siti Fauziah Saat Perankan Bu Tejo dalam Film 'Tilik'

Berita Terkini Lainnya