TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengguna GeNose harus Puasa Maksimal 1 Jam sebelum Diperiksa

Seseorang dinyatakan positif melalui GeNose tetap tes PCR  

Sleman, IDN Times - Mulai 5 Februari 2021, GeNose akan digunakan sebagai alat deteksi COVID-19 di Stasiun Kereta Api Senen Jakarta dan Tugu Yogyakarta

Peneliti GeNose Dr. Dian K Nurputra mengatakan setiap penumpang yang akan memakai GeNose tidak diperbolehkan makan atau minum selama 30 hingga maksimal satu jam sebelum melakukan tes. 

“Puasa minimal 30 menit hingga satu jam untuk memperoleh hasil yang maksimal,” ujar Dian saat live streaming Instagram Kemenhub pada Senin (1/2/2021).

Baca Juga: Mulai 5 Februari, Penumpang KA di Stasiun Tugu Bisa Tes Pakai GeNose

1. Kantung plastik pemeriksaan GeNose selalu diganti

GeNose, alat Deteksi COVID-19 Lewat Hembusan Nafas Milik UGM. IDN Times/Siti Umaiyah

Dian menginformasikan calon penumpang tidak perlu khawatir dengan kebersihan dari alat besutan peneliti dari UGM ini. Pada saat pemeriksaan setiap orang akan diberikan satu kantong plastik. 

“ Saat tes GeNose, kantong plastic yang digunakan satu kali pakai sehingga kebersihannya terjaga,” jelas Dian. 

2. GeNose sebagai alat deteksi awal

Alat GeNose besutan peneliti UGM. Dok: istimewa

Menurut epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad mengatakan untuk memastikan kasus positif maka harus dilakukan lebih lanjut dengan alat PCR. Penggunaan GeNose yang akan ditempatkan di stasiun kereta api hanya untuk mengamankan perjalanan, bukan sebagai alat utama untuk diagnostik COVID-19.

"Lebih baik sensitivitas lebih tinggi, tapi kalau untuk kepentingan mengamankan koridor perjalanan, itu dengan kinerja yang ada menurut saya relatif tepat," ungkap Riris 

 

3. Harus ada tes lanjutan jika seseorang dinyatakan positif melalui GeNose

GeNose besutan UGM. Dok: istimewa

Dengan penggunaan GeNose hanya akan memisahkan orang yang terinfeksi dan meminimalkan penularan. 

"Kalau kemudian kita hanya pengin memisahkan orang yang terinfeksi dan tidak agar tidak menularkan, ada level kesalahan yang bila kita maklumi. Tetapi kalau kita harus menggunakan itu untuk merawat seseorang dengan vonis dia terkena COVID-19, tentu kita harus membuktikan bahwa dia punya virusnya (dengan PCR)," terangnya.

Baca Juga: GeNose Jadi Alat Tes COVID di Stasiun, Epidemiolog: Jangan Buru-buru!

Berita Terkini Lainnya