TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tenaga Medis Mandi 3-5 Kali Sehari Sebelum Berkumpul dengan Keluarga

Pejuang COVID-19 masih mendapatkan stigma negatif

Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terkena COVID-19 dengan tandu Negative Pressure Isolation ke sebuah fasilitas Kyungpook National University Hospital di Daegu, Korea Selatan, pada 6 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Yogyakarta, IDN Times – Berita stigmatisasi dan pengucilan masyarakat Yogyakarta terhadap perawat dan tenaga medis yang menangani pasien COVID-19 bikin terenyuh. Posisi tim medis sebagai garda depan penanganan pasien COVID-19 seolah menjadi menakutkan. Padahal mereka yang punya keberanian, keahlian, dan dedikasi menangani dan merawat pasien-pasien infeksius ini.

“Selama merawat pasien, kami tak hanya pakai alat pelindung diri (APD). Tapi juga harus jaga kesehatan diri dan orang-orang sekitar kami,” papar dokter spesialis patologi klinis RSUP Dr Sardjito, Andahru Dahesihdewi dalam siaran pers yang disampaikan Bagian Hukum dan Humas rumah sakit tersebut, Rabu (8/4).   

Begitu pun Veronika, satu dari sekian perawat yang ditugaskan di bangsal Melati 5 RSUP Sardjito. Bangsal itu menjadi ruang isolasi utama pasien-pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2.

“Pasien dalam pengawasan (PDP) dan confirm COVID-19 (positif) dirawat di sana,” kata Veronika.

Bukan berarti, mereka selamanya berada dalam bangsal itu hingga pandemi COVID-19 benar-benar luruh. Ada anak, suami atau istri, dan orang tua yang menunggu di rumah. Lantas apa saja yang dilakukan perawat dan tenaga medis agar tetap aman dari virus ketika berkumpul kembali dengan keluarga?

Baca Juga: Tenaga Medis Masih Didiskriminasi, Ditolak Masuk ke Kosnya Sendiri

1. Pakai APD ketika masuk ruang isolasi dan mandi sebelum pulang

IDN Times/Aji

Ketika keluar dari rumah untuk menunaikan tugas ke rumah sakit, Veronika dan teman-temannya mengenakan baju non-dinas. Sesampai di tempat tugas, barulah bertukar pakaian dengan seragam khusus. Berbeda pula ketika ia harus masuk ke ruang isolasi untuk menangani pasien COVID-19.

“Kami pakai APD sesuai standar,” kata Veronika.

Pemakaian APD dimulai dengan mengenakan baju khusus dan sepatu boot. Lalu cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau pakai hand sanitizer. Baru kemudian memakai topi bedah, masker pelindung medis (N95), sarung tangan dalam, kacamata pelindung (goggles), pelindung wajah, dan terakhir sarung tangan karet.

Usai waktu berdinas, APD dilepas. Diawali dengan melepas sarung tangan karet, pakaian pelindung, pelindung wajah, kacamata pelindung, masker, topi, dan sarung tangan dalam. Untuk sarung tangan, masker, baju, dan penutup kepala harus dibuang karena sekali pakai.

Kemudian mandi bersih dari ujung kepala hingga ujung kaki. Barulah keluar dari ruang isolasi dengan mengenakan baju dinas harian.

“Sebelum pulang pun, mandi lagi. Lalu ganti baju untuk ke rumah,” kata Veronika.

2. Tak menyentuh keluarga sebelum mandi lagi setiba di rumah

Perawat ruang isolasi RSUP Sardjito, Veronika. IDN Times/Repro Dok. RSUP Sardjito/Pito Agustin Rudiana

Tiba di rumah, tidak langsung masuk ke dalam rumah. Tetapi cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer.

Di dalam rumah pun, tak boleh menyentuh anggota keluarga. Melainkan langsung masuk ke kamar mandi untuk mandi lagi dan bertukar pakaian kembali. Baju pun direndam dalam cairan deterjen.

“Jadi dalam sehari bisa mandi 3-5 kali,” kata Veronika.

Apalagi jika ada pasien yang membutuhkan penanganan pada malam hari harus siap menangani.

“Dan setelah merawat harus mandi dulu. Mau mandi jam 1 malam, 2 malam. Harus,” kata Veronika.

Setiba di rumah dan dalam kondisi telah mandi ulang, tak ada batasan hubungan fisik bagi perawat dan tenaga medis dengan anggota keluarganya.

“Banyak juga dari kami yang punya anak balita yang tak bisa lepas kontak dengan kami,” kata Veronika.

Baca Juga: Jaga Kebugaran ODP dan PDP, Santap  Menu Sehat dan Dilarang Stres 

Berita Terkini Lainnya