TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Yayuk Basuki Kritisi Regenerasi Atlet Belum Jadi Perhatian Pemerintah

Indonesia miliki potensi besar yang belum terkelola baik

Yayuk Basuki. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Sleman, IDN Times - Indonesia dinilai memiliki potensi besar dalam berbagai hal, sayangnya belum terkelola dengan maksimal. Potensi yang besar itu salah satunya di bidang olahraga dan budaya.

Petenis legendaris Indonesia, Yayuk Basuki, menilai regenerasi atlet di Indonesia saat ini mandek. Banyak cabang olahraga yang dinilai belum menjadi perhatian pemerintah. "Pemerintah hanya mencomot, mengambil yang sudah ada. Tidak mencetak," ujar Yayuk, dalam diskusi dengan tajuk 'Berlari Merayakan Nasionalisme', di Sinergi Co Working Space, Demangan, Caturtunggal, Depok, Jumat (10/11/2023).

1. Regenerasi atlet belum jadi perhatian utama

Yayuk Basuki. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Yayuk mengatakan tidak berjalannya sistem pembinaan yang baik tersebut, salah satunya disebabkan karena minimnya anggaran. Ia menyebut anggaran pemerintah di 2023 untuk olahraga hanya Rp2,5 triliun. Dari anggaran yang ada disebutnya juga banyak digunakan untuk gelaran internasional.

Sementara, untuk pembinaan dirasa Yayuk masih kurang. "Anak-anak semangat, tapi setiap ngobrol, ada pelatih tidak digaji dari 2005, daerah belum hadir, apalagi pemerintah," ujar Calon Anggota DPR RI itu.

Baca Juga: Tak Mau Kepanasan saat Olahraga, Ini 6 Tempat Indoor di Jogja

2. Potensi kebudayaan besar, tetapi belum terkelola maksimal

R.A. Yashinta Sekarwangi Mega. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Sementara itu, politisi muda, R.A. Yashinta Sekarwangi Mega berpendapat kebudayaan di Indonesia sangat kaya, tetapi belum bisa terkelola dengan maksimal. 

"Ekonomi budaya ini menunjukkan pengaruh budaya, terhadap kinerja perekonomian. Variabel budaya ini memiliki peranan cukup signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara," ujar Yashinta.

Menurutnya kebudayaan sebagai amunisi untuk pembangunan negara. Kekayaan budaya yang melimpah, bukan hanya harta karun estetika, tapi juga harus dilihat kebudayaan, bisa menjadi kunci menurunkan kemiskinan.

Baca Juga: Hanya Duduk, Mengapa Catur Dianggap sebagai Olahraga?

Berita Terkini Lainnya