TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belasan Kasus Kebakaran di Jogja Terjadi Selama Bulan Agustus 2024

Pemicu terbanyak dari pembakaran sampah

ilustrasi kebakaran (unsplash.com/Ricardo Gomez Angel)

Intinya Sih...

  • Pemicu terbanyak kebakaran di DIY adalah pembakaran sampah di lahan hutan kering
  • BPBD mengimbau warga agar lebih hati-hati saat membakar sampah, mengingat musim kemarau panjang yang berlangsung hingga Oktober
  • Pemerintah melakukan distribusi air bersih untuk masyarakat yang terdampak kekeringan, sementara stok air masih mencukupi

Yogyakarta, IDN Times – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY) menyatakan di bulan Agustus 2024, terjadi belasan kejadian kebakaran di DIY. Penyebab kebakaran paling banyak dipicu pembakaran sampah di lahan hutan kering.
 
Kepala BPBD DIY, Noviar Rahmad merinci terdapat lima kasus kebakaran lahan, dan 14 kasus kebakaran rumah. “Kebanyakan kebakaran dipicu pembakasan sampah di lahan hutan kering. Kondisi lahan yang kering akibat musim kemarau, membuat api dengan mudah merambat dan meluas,” ucap Noviar, Senin (26/8/2024).

1. Potensi kebakaran akibat pembakaran sampah di musim kemarau

Adapun lokasi kebakaran lahan tersebut, terjadi di wilayah Imogiri, Bantul, dan di Gunungkidul. Terkait luas lahan yang terbakar, Noviar belum bisa mengungkapkan secara rinci.
 
Mengingat musim kemarau panjang, dan lahan kering yang mudah terbakar, ia mengimbau kepada warga agar lebih hati-hati saat membakar sampah. “Kami imbau warga berhati-hati, dan tidak membakar sampah sembarangan, terutama saat musim kemarau,” kata Noviar.

2. Upaya modifikasi cuaca atasi kemarau panjang

Hingga saat ini kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan, masih menjadi perhatian BPBD DIY. Berdasar informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi kekeringan atau kemarau ini masih berlangsung hingga Oktober.
 
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kekeringan yang terjadi. Salah satu yang dilakukan dengan melakukan modifikasi cuaca.  Namun, pelaksanaan kegiatan ini masih dalam tahap evaluasi.
 
Modifikasi cuaca ini bisa dilakukan jika terdapat awan yang mengandung titik-titik hujan. Modifikasi cuaca ini berhasil dilakukan di Bojonegoro, namun saat di Wonogiri gagal. “Karena tidak ada awan yang sesuai. Jadi kita masih menunggu arahan dari BNPB,” ucap Noviar.

Baca Juga: 4 Hari Digelar, Omzet Jogja Fashion Week Capai Miliaran

Berita Terkini Lainnya